Thursday, January 15, 2015

Garam yang Tidak Asin

* Markus 9:50 
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
 
KJV, Salt is good: but if the salt have lost his saltness, wherewith will ye season it? Have salt in yourselves, and have peace one with another. 
TR, καλον το αλας εαν δε το αλας αναλον γενηται εν τινι αυτο αρτυσετε εχετε εν εαυτοις αλας και ειρηνευετε εν αλληλοις 
Translit interlinear, kalon {bait} to {itu} halas {garam} ean {jikalau} de {tetapi} to halas {garam} analon {yang tanpa garam} genêtai {menjadi} en {dengan} tini {apakah} auto {dia} artusete {kamu akan menggarami} echete {kamu harus mempunyai} en {dalam} eautois {dirimu} halas {garam} kai {dan} eirêneuete {hiduplah dengan damai} en allêlois {satu dengan yang lain} 


Seseorang bisa menggunakan garam untuk mengasinkan daging atau roti, tetapi jika garam yang bisa dipakai untuk tujuan ini kehilangan rasa asinnya, maka apa yang bisa digunakan untuk mengasinkannya? 

Tetapi bagaimana mungkin garam kehilangan rasa asinnya? Jika itu benar-benar garam, tentunya akan tetap asin dan bisa mempertahankan ekasinannya. Tetapi mungkin dalam pengalaman hidup sehari-hari orang Galilea, jarang ditemukan garam yang murni. Kenyataannya garam dicampur dengan bahan-bahan lain, dengan beragam bentuk tanah. Selama perbandingan garam dalam campuran itu cukup tinggi, maka campuran itu bisa memenuhi tujuan sebagai garam yang sesungguhnya. Tetapi jika karena terkena udara yang lembab atau karena sebab-sebab yang lain semua garam dalam campuran itu merembes keluar, maka apa yang ditinggal sama sekali tidak berguna. 

Seperti yang laporan Lukas, dalam tulisannya lebih terinci dalam perkataan ini : 


* Lukas 14:34-35 
14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? 

14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" 
KJV, It is neither fit for the land, nor yet for the dunghill; but men cast it out. He that hath ears to hear, let him hear. 
TR, ουτε εις γην ουτε εις κοπριαν ευθετον εστιν εξω βαλλουσιν αυτο ο εχων ωτα ακουειν ακουετω 
Translit interlinear, oute {tidak juga} eis {untuk} gên {tanah} oute {tidak juga} eis {untuk} koprian {timbunan pupuk kandang} eutheton {yang berguna} estin {itu adalah} exô {keluar} ballousin {mereka membuang} auto {dia} ho {orang yang} echôn {mampunyai} hôta {telinga-telinga} akouein {untuk mendengar} akouetô {hendaklah ia mendengar} 


Terjemahan KJV : "Tidak ada gunanya baik untuk ladang maupun untuk ditaruh di tumpukan kotoran binatang (pupuk kandang)" –dunghill. Orang mungkin mengira bahwa tumpukan kotoran binatang adalah tempat yang paling cocok untuk itu, namun garam yang tak berguna itu fungsinya lebih rendah dari "kotoran binatang" yang bisa berguna untuk pupuk. Garam yang kehilangan fungsinya sama sekali tidak berguna, perhatikan ayat ini : 


* Matius 5:13 
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
 
KJV, Ye are the salt of the earth: but if the salt have lost his savour, wherewith shall it be salted? it is thenceforth good for nothing, but to be cast out, and to be trodden under foot of men. 
TR, υμεις εστε το αλας της γης εαν δε το αλας μωρανθη εν τινι αλισθησεται εις ουδεν ισχυει ετι ει μη βληθηναι εξω και καταπατεισθαι υπο των ανθρωπων 
Translit interlinear, humeis {kamu} este {adalah} to halas {garam} tês gês {dunia} ean {jika} de {tetapi} to halas {garam} môranthê {menjadi tawar} en {dengan} tini {apakah} alisthêsetai {ia dijadikan asin/ ia digarami} eis {karena} ouden {sama sekali tidak} ischuei {ia berguna} eti ei {kecuali} mê blêthênai {dibuang} exô {keluar} kai {dan} katapateisthai {diinjak-injak} hupo {oleh} tôn anthrôpôn {orang-orang} 


Artinya, jika garam itu tidak bisa memberikan fungsinya, maka orang akan membuang barang yang tidak berguna itu di jalan (sehingga diinjak-injak orang). 

Bentuk dari garam yang hambar dalam perkataan para rabbi yang mengacu (begitu kelihatannya) pada peran Israel sebagai garam atau alat penyucian diantara bangsa-bangsa. 
Tulisan Matius mengenai perkataan Tuhan Yesus ini dimulai dengan kata-kata "Kamu adalah garam dunia" (Matius 5:13) yang ditujukan kepada murid-murid Tuhan Yesus, yang mempunyai fungsi khusus di bumi. Bila mereka gagal melakukannya, itu sama saja seperti mereka tidak ada (tidak eksis), apapun yang mereka lakukan. Dlam hal bagaimana mereka itu dikatakan sebagai garam tidak dirinci, sehingga sifat dari fungsi mereka harus disimpulkan dari konteksnya dan dari apa yang kita ketahui tentang pengaruh garam. Pengaruh yang mereka maksudkan agar bisa menyelamatkan dan menyucikan sesama mereka, atau guna menambah gairah dalam kehidupan masyarakat, atau menjadi suatu daya bagi perdamaian. 

Gambarang orang kristen yang hambar kelihatan dari apa yang ia katakan. Slah satu cara untuk mengetahui ketidak-asinan seorang ialah dari 'bahasa' yang ia gunakan, perhatikan ayat ini : 


* Kolose 4:6 
LAI TB, Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. 
LAI TL, Hendaklah senantiasa perkataanmu itu berkat, dimasinkan dengan garam, supaya dapat kamu mengetahui bagaimana kamu memberi jawab kepada tiap-tiap orang. 
KJV, Let your speech be alway with grace, seasoned with salt, that ye may know how ye ought to answer every man. 
TR, ο λογος υμων παντοτε εν χαριτι αλατι ηρτυμενος ειδεναι πως δει υμας ενι εκαστω αποκρινεσθαι 
Translit interlinear, ho logos {perkataan} humôn {mu} pantote {senantiasa} en {dengan} chariti {berkat} halati {dengan garam} êrtumenos {seperti telah dibumbui} eidenai {agar tahu} pôs {bagaimana} dei {harus} humas {kamu} eni ekastô {kepada setiap orang} apokrinesthai {menjawab} 


" Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh berkat – diasinkan dengan garam (seasoned with salt)" supaya jangan hambar, demikian tulisan Paulus kepada Jemaat di Kolose. 
Dengan ini kita mulai mengerti maksud "garam" ini, yaitu hikmat dari orang-orang percaya yang siap sedia (terutama siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai iman) yang jauh berbeda dengan kata-kata fitnah dan kata-kata cela yang sebelumnya dibahas dalam surat yang sama (Kolose 3:7). 

Karena murid-murid Tuhan disebut sebagai "Garam Dunia", di konteks yang sama dari Khotbah di Bukit, dimana mereka juga disebut sebagai "Terang Dunia" dan sebagai "Kota yang terletak diatas gunung (Matius 5:14), maka nyatalah bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus ialah kehidupan mereka dalam masyarakat. Mereka harus dipanang oleh orang lain sebagai teladan hidup dari Kuasa dan Kasih karunia Allah, teladan yang menggairahkan orang lain untuk mengikuti jejak mereka. 

Markus mencatan beberapa perkataan lain yang menunjukkan peran garam. Markus 9:43-48 menjabarkan kecaman kepada orang-orang yang tak mempunyai peran sebagai teladan yang baik : 


* Markus 9:43-48
9:43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; 
9:44 di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam. 
9:45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; 
9:46 di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam. 
9:47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, 
9:48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. 



Api yang selalu menyala dalam neraka atau tempat yang disebut "Gehena" yang terdapat di sebelah selatan Yerusalem yang berfungsi sebagai tempat pembuangan dan pembakaran sampah dari seluruh kota Yerusalem. (ini terterjadi sejak pembuangan di Babel. Sebelumnya daerah ini menjadi tempat penyembahan dewa Molokh sehingga dianggap cocok untuk direndahkan, dan menjadi gambaran tempat yang bernama Neraka). Pembakaran sampah yang dilakukan di tempat yang benama Gehena ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko penyakit yang mungkin timbul dari pembusukan sampah-sampah organik. Api menghasilkan pembersihan akan sampah-sampah. 

Ayat-ayat diatas adalah sebuah transisi yang menghubungkan dengan perkataan-perkataan "garam", kita lihat ayat selanjutnya yang menyatakan makna "garam" sebagai api yang menghasilkan penyucian, sama seperti garam: 

* Markus 9:49 
Karena setiap orang akan digarami dengan api.
 


Maksud dari kata-kata Tuhan Yesus dalam kalimat "transisi" ini bisa jadi adalah api penganiayaan yang menghasilkan penyucian atu pemurnian dalam kehidupan para murid, bandingkan dengan ayat ini : 


* 1 Petrus 1:6-7
1:6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 



Beberapa ayat dari Markus ini merujuk kepada Perjanjian Lama, dimana acuannya lebih dikhususkan kepada korban sajian) : 

* Imamat 2:13 
Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam. 



Kita juga bisa mengambil maknanya, dikaitkan dengan Imamat dan 1 Petrus, bahwa apa yang ditulis oleh Markus adalah bahwa setiap orang kristen, dengan menanggung sengsara, akan disucikan dengan kesengsaraan itu dan dengan demikian kehidupannya akan lebih berkenan kepada Allah. Kemudian Markus menjelaskan dalam tulisannya dengan satu kesimpulan abb : 


* Markus 9:50 
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain." 



Kembali disini kita bisa mengerti perintah ini dengan lebih baik, kalau kita mengetahui bagaimana situasi saat pengajaran Tuhan Yesus Kristus ini mula-mula diucapkan. "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu" bisa bermakna "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu" yang bisa mengacu kepada memakan garam bersama yang pada saat itu merupakan suatu pernyataan tentang rasa persaudaraan di meja makan dan karenanya merupakan hubungan yang penuh damai dan sejahtera. Jika demikian halnya maka, "selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain" adalah penjelasan dalam arti yang sebenarnya dari "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu"



Artikel terkait : 
- Perumpamaan-perumpamaan: 1. GARAM, di 
http://www.sarapanpagi.org/1-garam-vt1360.html#p4674 

- GARAM, di http://www.sarapanpagi.org/garam-vt1594.html#p5889 



Blessings in Christ, 
BP 
March 15, 2007 

APAKAH ADA KESELAMATAN DI LUAR YESUS KRISTUS ?

Biasanya setiap orang Kristen berpendapat bahwa tidak ada keselamatan di luar Yesus Kristus, bahkan lebih sempit lagi tidak ada keselamatan di luar gereja. Adapun dasar yang dipakai adalah Yohanes 14:6: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku". 

William Barclay menafsirkan ayat ini sebagai berikut: Memang banyak orang yang mengajar tentang jalan yang harus ditempuh, tetapi hanya Yesuslah jalan itu dan di luar Dia manusia akan tersesat. Banyak orang yang berbicara tentang kebenaran, tetapi hanya Yesuslah yang dapat mengatakan "Akulah kebenaran" itu. Orang lain mengajarkan tentang jalan kehidupan, tetapi hanya dalam Yesus orang menemukan kehidupan itu. Karena itu hanya Dia saja yang dapat membawa manusia kepada Tuhan. 

Lain halnya dengan Samartha yang mengatakan bahwa dalam agama Kristen Yesus Kristus memang juru selamat, tetapi orang Kristen tidak dapat mengklaim bahwa juru selamat hanya Yesus Kristus. Demikian pula Yesus adalah jalan, tetapi jalan itu bukan hanya Yesus, sebab seperti dikatakan Kenneth Cracknell bahwa di luar agama Kristen pun dikenal banyak keselamatan. 

Dalam agama Yahudi dikenal istilah Halakhah, yang secara harafiah artinya berjalan. Kata ini merupakan istilah teknis dalam pengajaran agama Yahudi yang berhubungan dengan semua materi hukum dan tatanan hidup sehari-hari. Istilah ini diambil dari Keluaran 18:20: "Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan yang memberitahukan kepada mereka jalan yang harus mereka jalani dan pekerjaan yang harus mereka lakukan". 


Dalam agama Islam konsep jalan itu terdapat dalam Sura 1:5-7: ".... Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan. Pimpinlah kami ke jalan yang lurus (yaitu), jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka..." 

Dalam agama Hindu juga dikenal adanya jalan menuju moksha, menuju kelepasan dari kelahiran kembali, menuju keselamatan, yaitu Jnana marga atau jalan pengetahuan, Karma marga atau jalan perbuatan baik, serta bhakti marga yaitu jalan kesetiaan atau ibadah. Sedangkan dalam agama Budha dikenal Dhama pada, jalan kebenaran menuju nirwana. 


Lalu bagaimana hubungan jalan-jalan ini dengan Kristus yang adalah jalan? 

Ada berbagai penafsiran, di antaranya: ada banyak jalan kecil-kecil (path), tetapi hanya satu jalan besar (way) yaitu jalan Kristus. Atau ada yang mengatakan ada banyak jalan, termasuk jalan Kristus, tetapi hanya ada satu tujuan yaitu Allah. 

Kalau kita memilih yang pertama, memang tidak cocok dengan semangat pluralisme agama-agama, tetapi lebih sesuai dengan teks Yohanes 14:6 Ada banyak jalan tetapi hanya ada satu jalan yang menuju Bapa, yaitu jalan Kristus. 

Kalau memilih alternatif kedua, hal itu sesuai dengan semangat pluralisme tetapi persoalan tentang "Tidak seorang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" tidak terpecahkan. Dan dengan memilih alternatif kedua, berarti menempatkan Yesus sebagai jalan (cara) untuk mencapai suatu tujuan. Padahal menurut banyak penafsir Yesus itu bukan jalan (cara) untuk mencapai tujuan, tetapi Ia sendiri jalan sekaligus tujuan. Dalam teks dikatakan "Aku adalah... (tiga kata berikutnya mempunyai kedudukan yang sejajar) jalan, kebenaran dan hidup". Bukan Aku jalan menuju kebenaran dan menuju hidup, juga bukan Aku jalan kebenaran dan jalan hidup. 

Penulis setuju bahwa di luar agama Kristen ada jalan (minhaj, marga, dhama pada), ada jalan kebenaran, ada keselamatan, tetapi tidak berarti bahwa jalan Yesus itu jalan yang luar biasa, sedangkan jalan yang lain jalan biasa. Lalu persoalannya adalah bagaimana kalimat "Tidak seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" harus ditafsirkan? 

Konteks ayat ini adalah: Ketika itu Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya. Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi murid-muridnya, kemudian Ia akan kembali menjemput mereka, supaya di mana Yesus berada murid-murid juga berada di sana (Yohanes14:3). Kemudian Thomas berkata: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi, jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?

Dengan perkataan itu Thomas ingin tahu jalannya supaya bisa sampai ke tempat itu dengan cara dan kekuatannya sendiri. 

Kemudian Tuhan Yesus menjawab: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku". Yang dimaksud Tuhan Yesus dengan perkataan itu adalah: Thomas tidak dapat datang ke tempat itu dengan usaha dan kekuatannya sendiri. Kalau toh ia bisa datang ke tempat itu karena Tuhan Yesus yang membawa dia (Bandingkan dengan ayat 3 yang berkata: "Aku akan datang kembali membawa kamu"). Dengan kata lain kalau Thomas bisa datang ke tempat itu, semua itu semata-mata hanya karena anugerah Allah yang nyata dalam kehadiran Yesus Kristus. 

Jadi persoalannya bukan di luar Kristus tidak ada jalan, tetapi bagi umat Kristen kita bisa sampai ke tempat di mana Kristus berada, itu semata-mata karena anugerah Allah. Inilah yang membedakan jalan yang ditempuh umat Kristen dan jalan-jalan lainnya. Di sana bukan tidak ada jalan, di sana bisa juga ada jalan, jalan di sana bukan kurang baik, sedang di sini lebih baik, tetapi memang jalan itu berbeda. Dengan demikian pemutlakan orang Kristen terhadap Yesusnya, tidak harus membuat orang Kristen menjadi eksklusif, atau menyamakan saja semua agama. 

Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa hanya Yesus Kristuslah yang membawa kita kepada keselamatan, tetapi kita juga tidak harus mengatakan di sana, dalam agama lain, sama sekali hanya ada kegelapan dan kesesatan. Kalau kita sendiri tidak rela orang menganggap dalam kekristenan hanya ada kegelapan dan kesesatan, mengapa hal yang sama kita tujukan kepada orang lain. 

Apakah pandangan itu tidak memperlemah semangat Pekabaran Injil? Tidak, hanya harus ada orientasi baru tentang Pekabaran Injil. 
Pekabaran Injil harus dipahami seperti pemahaman Yesus Kristus sendiri: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik (mengabarkan Injil) kepada orang-orang miskin, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Lukas 4:18-19). 

Memberitakan Injil tidak lagi dipahami sebagai kristenisasi, tetapi kristusisasi. Menambah jumlah orang-orang yang diselamatkan dan menjadi anggota gereja bukan tujuan pekabaran Injil, tetapi sebagai akibat atau buah pekabaran Injil: "mereka disukai semua orang dan setiap hari Tuhan menambahkan dengan "orang-orang yang diselamatkan" (Kisah Para Rasul 2:46). Buah pekabaran Injil ini mungkin tidak segera kita nikmati dalam kehadiran mereka di gereja, tetapi mungkin pada waktu dan di tempat lain. 

Apakah pemahaman Pekabaran Injil ini tidak sama saja dengan pemahaman sebelumnya? Tidak, pada pola pemahaman yang pertama mengesampingkan sikap toleransi yang karenanya dapat menimbulkan kecurigaan bahkan konflik sosial. Dan sering kekristenan mereka yang "bertobat" lebih bersifat emosional. Sedangkan pola pekabaran Injil kedua, sangat bersikap tenggang rasa dan toleran dan bahkan mungkin pekabaran Injil bisa dilakukan dengan kerjasama antar agama. Dan kalau akhirnya ada yang menjadi anggota gereja, kekristenan mereka tidak bersifat emosional, tetapi dengan kesadaran penuh. 




Oleh : Pdt. DR. Budyanto 
Disampaikan pada Program PTJ di GKI Pondok Indah tanggal 25 September 2005

Memiliki Hidup yang Kekal

Untuk memahami Kehidupan Kekal, kita harus memahami ada kondisi "kematian" dan terlebih dari itu, yaitu: "kematian kekal" yang mengancam semua manusia sebagai konsekwensi kejatuhan manusia ke dalam dosa sejak manusia yang mula-mula, yaitu Adam.


A. Kematian

Perlu ditegaskan di sini bahwa memiliki Hidup yang Kekal bukan berarti bahwa seseorang tidak akan mati secara ragawi/ fisik. Secara manusia raga, manusia pasti mati, ini adalah suatu konsekwensi yang harus diterima semua manusia keturunan Adam sejak manusia itu jatuh ke dalam dosa. Semua manusia, yang percaya dan yang tidak percaya, akan mati (note: ada kekecualian dimana Alkitab menulis Henokh dan Elia tidak mengalami kematian, dan ini merupakan suatu typology yang nantinya digenapi Yesus Kristus dalam kenaikan-Nya ke Surga). Akan tetapi, sebenarnya semua manusia akan mati. 

Kata "mati" di dalam Alkitab, memiliki lebih dari satu arti. Penting untuk mengerti hubungan orang percaya dengan berbagai arti kematian. Kejadian 2:1-3:24 mengajarkan bahwa kematian memasuki dunia karena dosa. Manusia pertama diciptakan dengan kemampuan untuk hidup selama-lamanya; ketika mereka tidak menaati perintah Allah, mereka dijatuhi hukuman atas dosa itu, yaitu kematian. Kematian ini mencakup :


1. Tunduk kepada hukum kematian
    Setelah Adam dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, Allah mengatakan,"engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu". Maka, sekalipun mereka "tidak mati" secara jasmaniah pada hari mereka memakan buah itu, mereka kini tunduk pada hukum kematian sebagai akibat dari kutukan Allah. Demikian juga seluruh keturunan dari mereka.


2. Mati secara Moral
    Adam dan Hawa juga mati secara moral. Allah mengingatkan Adam bahwa ketika ia makan buah yang terlarang itu, ia pasti akan mati. Peringatan itu sangat serius. Sekalipun Adam dan Hawa tidak mati secara jasmaniah pada hari itu, mereka mati secara moral, yaitu tabiat mereka menjadi berdosa. Sejak Adam dan Hawa, semua orang dilahirkan dengan tabiat berdosa, yaitu suatu keinginan bawaan untuk mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan Allah atau orang lain.


3. Mati secara rohani
    Adam dan Hawa juga mati secara rohani ketika mereka tidak taat kepada Allah, yaitu hubungan intim mereka yang dahulu dengan Allah menjadi rusak. Mereka tidak lagi mengharapkan saat-saat berjalan dan berbincang-bincang dengan Allah di taman; sebaliknya mereka bersembunyi dari hadapan-Nya. Di bagian lainnya, Alkitab mengajarkan bahwa terlepas dari Kristus, semua orang terasing dari Allah dan dari hidup di dalam-Nya; mereka mati secara rohani.


4. Kematian kekal
    Akhirnya, kematian sebagai akibat dosa mencakup kematian kekal. Hidup kekal seharusnya menjadi akibat ketaatan Adam dan Hawa; namun sebaliknya, prinsip kematian kekal telah diberlakukan. Kematian kekal adalah hukuman dan pemisahan kekal dari Allah sebagai akibat ketidaktaatan, yaitu menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya.

    Pemisahan kekal dari Allah disebut Alkitab sebagai kematian yang kedua (Wahyu 2:11; 20:6, 14; 21:8) inilah kematian kekal itu. Kematian kekal ini adalah kematian yang amat menakutkan, penghukuman di neraka selama-lamanya. Perhatikan orang yang di neraka itu berkata, "Aku meminta kepadamu, Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini" (Lukas 16:27-28). Tidak ada orang di neraka yang bisa tolong-menolong, tidak ada yang bisa saling menemani dan saling menghiburkan. Alkitab mengatakan, di situ hanya ada: kesakitan, penderitaan, ratapan dan kertak gigi, tanpa penghiburan sama sekali selama-lamanya (Lukas 16:24, 28; Mat. 25:30). Hukuman Allah yang ini adalah bersifat permanen.



B. Kehidupan Kekal

Seperi yang sudah dijelaskan di atas, manusia yang percaya maupun tidak percaya semuanya tunduk kepada kematian jasmani. Namun demikian kematian jasmani bukanlah akhir dari segalanya. Hidup di atas bumi ini yang kemudian berakhir dengan kematian jasmani adalah suatu ujian, suatu persiapan untuk apa yang akan datang. 

Manusia harus mempersiapkan dirinya untuk yang akan datang. Manusia yang semuanya telah terjangkit benih dosa semuanya adalah menjadi orang-orang yang menanggung konsekwensi kematian (kematian rohani, kematian ragawi dan kematian kekal). Namun, bagi orang-orang percaya, ada jaminan hidup yang kekal bersama Tuhan. Jadi bagaimana kita dibenarkan dan dapat menerima hidup kekal? Hanya ada satu jalan – melalui iman dan kepercayaan kepada Anak Allah, Yesus Kristus. Tuhan Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.…" (Yohanes 11:25-26).

Dalam Kristianitas, mengimani bahwa kepercayaan/ keimanan kepada Yesus Kristus akan membawa manusia itu kepada hidup yang kekal (selamat, tidak masuk neraka/ mengalami kematian kekal), janji ini sudah dinyatakan Allah dalam ayat ini: 

    * Yohanes 3:16LAI TB, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 
    KJV, For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life. 
    TR, ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον αυτου τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον
    Translit Interlinear, houtôs {demikian} gar {karena} êgapêsen {mengasihi} ho theos {Allah} ton kosmon {manusia di dunia} hôste {sehingga} ton uion{anak} autou ton monogenê {yang tunggal/ yang unik} edôken {Ia telah memberikan} hina {supaya} pas {setiap (orang yang)} ho pisteuôn {percaya} eis {kepada} auton {Dia} mê {tidak} apolêtai {menjadi binasa} all {melainkan} ekhê {beroleh} zôên {hidup} aiônion {kekal}

Kehidupan kekal membebaskan manusia dari maut, penjelasannya sbb :

    * Yohanes 10:27-29 
    10:27 LAI TB, Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
    TR, τα προβατα τα εμα της φωνης μου ακουει καγω γινωσκω αυτα και ακολουθουσιν μοι
    Interlinear, ta probata {domba-domba} ta ema {-Ku} tês phônês {suara} mou {-Ku} akouei {ia mendengar} kagô {dan Aku} ginôskô {Aku mengenal} auta {mereka} kai {dan} akolouthousin {mereka mengikuti} moi {-Ku}

    10:28 LAI TB, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
    TR, καγω ζωην αιωνιον διδωμι αυτοις και ου μη απολωνται εις τον αιωνα και ουχ αρπασει τις αυτα εκ της χειρος μου
    Interlinear, kagô {dan Aku} zôên {hidup} aiônion {yang kekal} didômi {Aku memberikan} autois {kepada mereka} kai {dan} ou {tidak} mê{tidak} apolôntai {mereka binasa} eis {kepada} ton {yang} aiôna {kekal} kai {dan} oukh {tidak} harpasei {ia akan merampai} tis {seseorang} auta {mereka} ek {dari} tês kheiros {tangan} mou {-Ku}

    10:29 LAI TB, Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
    TR, ο πατηρ μου ος δεδωκεν μοι μειζων παντων εστιν και ουδεις δυναται αρπαζειν εκ της χειρος του πατρος μου
    Interlinear, ho patêr {Bapa} mou {-Ku} hos {yang} dedôken {Dia sudah memberikan} moi {kepada-Ku} meizôn {lebih besar daripada} pantôn {segala} estin {Dia adalah} kai {dan} oudeis {tidak seorang pun} dunatai {ia dapat} harpazein {merampas} ek {dari} tês kheiros {tangan} tou patros {Bapa} mou {-Ku}

    10:30 LAI TB, Aku dan Bapa adalah satu." 
    TR, εγω και ο πατηρ εν εσμεν 
    Interlinear, egô {Aku} ka i{dan} ho patêr {Bapa itu} hen {satu} esmen {kami adalah}

Perhatikan ungkapan "mereka pasti tidak akan binasa, kata binasa", Yunani "απολωνται - apolôntai" dari kata kerja (verba) απολλυμι - apollumi, dari kata απο - apo dan ολεθρος - olethroskemusnahan
Di sini tampak suatu janji yang indah bagi semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus. 

Sesungguhnya ada keselamatan dan keamanan bahkan bagi domba yang paling lemah yang mengikuti dan mendengarkan Allah Sang Gembala yang baik. Hal ini hanya dapat terlaksana jika domba-domba itu adalah domba-domba Yesus Kristus, karena barangsiapa yang tidak percaya, tidak termasuk domba Kristus. Maka, Kehidupan Kekal pun akan diterima oleh orang-orang Yang percaya , mereka tidak akan mengalami kematian yang kekal (masuk neraka), akibat dari iman kepada Yesus Kristus. Hanya Yesus, satu-satuNya oknum yang bersaksi tentang diri-Nya sendiri bahwa Dialah Sang Hidup itu, dan tidak ada jalan lain kecuali melalui Dia yang dapat membawa manusia ke Rumah Bapa:

    * Yohanes 14:6 
    LAI TB, Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." 
    KJV, Jesus saith unto him, I am the way, the truth, and the life: no man cometh unto the Father, but by me. 
    TR, λεγει αυτω ο ιησους εγω ειμι η οδος και η αληθεια και η ζωη ουδεις ερχεται προς τον πατερα ει μη δι εμου 
    Translit Interlinear, legei {berkata} autô {kepadanya} ho iêsous {Yesus} egô {AKU} eimi {ADALAH} hê hodos {JALAN} kai {dan} hê alêtheia {KEBENARAN} kai {dan} hê zôê {HIDUP} oudeis {tidak seorangpun} erkhetai {datang} pros {kepada} ton patera {BAPA} ei {jika} mê {tidak} di {melalui} emou {AKU}

Tuhan Yesus Kristus berkata dengan tegas "Akulah hidup", menyatakan jelas bahwa Dia adalah sumber kehidupan itu. Ingat, sekedar melakukan amal-ibadah yang paling sulit dan rumit sekalipun tidak akan cukup menyelamatkan Anda untuk sampai kepada kehidupan yang Kekal. Tetapi ada jalan yang sangat sederhana untuk dapat menerima kehidupan kekal itu, yaitu PERCAYA! Apabila Anda mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda, Anda akan menerima pengampunan dari Allah, karena Yesus Kristus telah mati sebagai harga dari ampunan Allah terhadap dosa manusia. Dengan iman/ percaya kepada Yesus Kristus, Anda pasti akan selamat! 
Apabila Anda belum melakukan ini, ucapkan doa kepada-Nya bahwa Anda telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jalan ini sangat sederhana, namun tuntutannya sangat jelas yaitu PERCAYA! 
Lihat artikel syarat-keselamatan-vt225.html#p476 . 

Hanya percaya kepada Tuhan Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa dan konsekwensi kematian kekal. Dengan iman/ percaya, Anda diberi hak tinggal di Rumah Bapa, memiliki Hidup yang Kekal!



Amin!


Blessings in Christ,
BP
Powered By Blogger