* Markus 9:50
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
KJV, Salt is good: but if the salt have lost his saltness, wherewith will ye season it? Have salt in yourselves, and have peace one with another.
TR, καλον το αλας εαν δε το αλας αναλον γενηται εν τινι αυτο αρτυσετε εχετε εν εαυτοις αλας και ειρηνευετε εν αλληλοις
Translit interlinear, kalon {bait} to {itu} halas {garam} ean {jikalau} de {tetapi} to halas {garam} analon {yang tanpa garam} genêtai {menjadi} en {dengan} tini {apakah} auto {dia} artusete {kamu akan menggarami} echete {kamu harus mempunyai} en {dalam} eautois {dirimu} halas {garam} kai {dan} eirêneuete {hiduplah dengan damai} en allêlois {satu dengan yang lain}
Seseorang bisa menggunakan garam untuk mengasinkan daging atau roti, tetapi jika garam yang bisa dipakai untuk tujuan ini kehilangan rasa asinnya, maka apa yang bisa digunakan untuk mengasinkannya?
Tetapi bagaimana mungkin garam kehilangan rasa asinnya? Jika itu benar-benar garam, tentunya akan tetap asin dan bisa mempertahankan ekasinannya. Tetapi mungkin dalam pengalaman hidup sehari-hari orang Galilea, jarang ditemukan garam yang murni. Kenyataannya garam dicampur dengan bahan-bahan lain, dengan beragam bentuk tanah. Selama perbandingan garam dalam campuran itu cukup tinggi, maka campuran itu bisa memenuhi tujuan sebagai garam yang sesungguhnya. Tetapi jika karena terkena udara yang lembab atau karena sebab-sebab yang lain semua garam dalam campuran itu merembes keluar, maka apa yang ditinggal sama sekali tidak berguna.
Seperti yang laporan Lukas, dalam tulisannya lebih terinci dalam perkataan ini :
* Lukas 14:34-35
14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
KJV, It is neither fit for the land, nor yet for the dunghill; but men cast it out. He that hath ears to hear, let him hear.
TR, ουτε εις γην ουτε εις κοπριαν ευθετον εστιν εξω βαλλουσιν αυτο ο εχων ωτα ακουειν ακουετω
Translit interlinear, oute {tidak juga} eis {untuk} gên {tanah} oute {tidak juga} eis {untuk} koprian {timbunan pupuk kandang} eutheton {yang berguna} estin {itu adalah} exô {keluar} ballousin {mereka membuang} auto {dia} ho {orang yang} echôn {mampunyai} hôta {telinga-telinga} akouein {untuk mendengar} akouetô {hendaklah ia mendengar}
Terjemahan KJV : "Tidak ada gunanya baik untuk ladang maupun untuk ditaruh di tumpukan kotoran binatang (pupuk kandang)" –dunghill. Orang mungkin mengira bahwa tumpukan kotoran binatang adalah tempat yang paling cocok untuk itu, namun garam yang tak berguna itu fungsinya lebih rendah dari "kotoran binatang" yang bisa berguna untuk pupuk. Garam yang kehilangan fungsinya sama sekali tidak berguna, perhatikan ayat ini :
* Matius 5:13
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
KJV, Ye are the salt of the earth: but if the salt have lost his savour, wherewith shall it be salted? it is thenceforth good for nothing, but to be cast out, and to be trodden under foot of men.
TR, υμεις εστε το αλας της γης εαν δε το αλας μωρανθη εν τινι αλισθησεται εις ουδεν ισχυει ετι ει μη βληθηναι εξω και καταπατεισθαι υπο των ανθρωπων
Translit interlinear, humeis {kamu} este {adalah} to halas {garam} tês gês {dunia} ean {jika} de {tetapi} to halas {garam} môranthê {menjadi tawar} en {dengan} tini {apakah} alisthêsetai {ia dijadikan asin/ ia digarami} eis {karena} ouden {sama sekali tidak} ischuei {ia berguna} eti ei {kecuali} mê blêthênai {dibuang} exô {keluar} kai {dan} katapateisthai {diinjak-injak} hupo {oleh} tôn anthrôpôn {orang-orang}
Artinya, jika garam itu tidak bisa memberikan fungsinya, maka orang akan membuang barang yang tidak berguna itu di jalan (sehingga diinjak-injak orang).
Bentuk dari garam yang hambar dalam perkataan para rabbi yang mengacu (begitu kelihatannya) pada peran Israel sebagai garam atau alat penyucian diantara bangsa-bangsa.
Tulisan Matius mengenai perkataan Tuhan Yesus ini dimulai dengan kata-kata "Kamu adalah garam dunia" (Matius 5:13) yang ditujukan kepada murid-murid Tuhan Yesus, yang mempunyai fungsi khusus di bumi. Bila mereka gagal melakukannya, itu sama saja seperti mereka tidak ada (tidak eksis), apapun yang mereka lakukan. Dlam hal bagaimana mereka itu dikatakan sebagai garam tidak dirinci, sehingga sifat dari fungsi mereka harus disimpulkan dari konteksnya dan dari apa yang kita ketahui tentang pengaruh garam. Pengaruh yang mereka maksudkan agar bisa menyelamatkan dan menyucikan sesama mereka, atau guna menambah gairah dalam kehidupan masyarakat, atau menjadi suatu daya bagi perdamaian.
Gambarang orang kristen yang hambar kelihatan dari apa yang ia katakan. Slah satu cara untuk mengetahui ketidak-asinan seorang ialah dari 'bahasa' yang ia gunakan, perhatikan ayat ini :
* Kolose 4:6
LAI TB, Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.
LAI TL, Hendaklah senantiasa perkataanmu itu berkat, dimasinkan dengan garam, supaya dapat kamu mengetahui bagaimana kamu memberi jawab kepada tiap-tiap orang.
KJV, Let your speech be alway with grace, seasoned with salt, that ye may know how ye ought to answer every man.
TR, ο λογος υμων παντοτε εν χαριτι αλατι ηρτυμενος ειδεναι πως δει υμας ενι εκαστω αποκρινεσθαι
Translit interlinear, ho logos {perkataan} humôn {mu} pantote {senantiasa} en {dengan} chariti {berkat} halati {dengan garam} êrtumenos {seperti telah dibumbui} eidenai {agar tahu} pôs {bagaimana} dei {harus} humas {kamu} eni ekastô {kepada setiap orang} apokrinesthai {menjawab}
" Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh berkat – diasinkan dengan garam (seasoned with salt)" supaya jangan hambar, demikian tulisan Paulus kepada Jemaat di Kolose.
Dengan ini kita mulai mengerti maksud "garam" ini, yaitu hikmat dari orang-orang percaya yang siap sedia (terutama siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai iman) yang jauh berbeda dengan kata-kata fitnah dan kata-kata cela yang sebelumnya dibahas dalam surat yang sama (Kolose 3:7).
Karena murid-murid Tuhan disebut sebagai "Garam Dunia", di konteks yang sama dari Khotbah di Bukit, dimana mereka juga disebut sebagai "Terang Dunia" dan sebagai "Kota yang terletak diatas gunung (Matius 5:14), maka nyatalah bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus ialah kehidupan mereka dalam masyarakat. Mereka harus dipanang oleh orang lain sebagai teladan hidup dari Kuasa dan Kasih karunia Allah, teladan yang menggairahkan orang lain untuk mengikuti jejak mereka.
Markus mencatan beberapa perkataan lain yang menunjukkan peran garam. Markus 9:43-48 menjabarkan kecaman kepada orang-orang yang tak mempunyai peran sebagai teladan yang baik :
* Markus 9:43-48
9:43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
9:44 di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.
9:45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;
9:46 di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.
9:47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
9:48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.
Api yang selalu menyala dalam neraka atau tempat yang disebut "Gehena" yang terdapat di sebelah selatan Yerusalem yang berfungsi sebagai tempat pembuangan dan pembakaran sampah dari seluruh kota Yerusalem. (ini terterjadi sejak pembuangan di Babel. Sebelumnya daerah ini menjadi tempat penyembahan dewa Molokh sehingga dianggap cocok untuk direndahkan, dan menjadi gambaran tempat yang bernama Neraka). Pembakaran sampah yang dilakukan di tempat yang benama Gehena ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko penyakit yang mungkin timbul dari pembusukan sampah-sampah organik. Api menghasilkan pembersihan akan sampah-sampah.
Ayat-ayat diatas adalah sebuah transisi yang menghubungkan dengan perkataan-perkataan "garam", kita lihat ayat selanjutnya yang menyatakan makna "garam" sebagai api yang menghasilkan penyucian, sama seperti garam:
* Markus 9:49
Karena setiap orang akan digarami dengan api.
Maksud dari kata-kata Tuhan Yesus dalam kalimat "transisi" ini bisa jadi adalah api penganiayaan yang menghasilkan penyucian atu pemurnian dalam kehidupan para murid, bandingkan dengan ayat ini :
* 1 Petrus 1:6-7
1:6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Beberapa ayat dari Markus ini merujuk kepada Perjanjian Lama, dimana acuannya lebih dikhususkan kepada korban sajian) :
* Imamat 2:13
Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam.
Kita juga bisa mengambil maknanya, dikaitkan dengan Imamat dan 1 Petrus, bahwa apa yang ditulis oleh Markus adalah bahwa setiap orang kristen, dengan menanggung sengsara, akan disucikan dengan kesengsaraan itu dan dengan demikian kehidupannya akan lebih berkenan kepada Allah. Kemudian Markus menjelaskan dalam tulisannya dengan satu kesimpulan abb :
* Markus 9:50
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Kembali disini kita bisa mengerti perintah ini dengan lebih baik, kalau kita mengetahui bagaimana situasi saat pengajaran Tuhan Yesus Kristus ini mula-mula diucapkan. "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu" bisa bermakna "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu" yang bisa mengacu kepada memakan garam bersama yang pada saat itu merupakan suatu pernyataan tentang rasa persaudaraan di meja makan dan karenanya merupakan hubungan yang penuh damai dan sejahtera. Jika demikian halnya maka, "selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain" adalah penjelasan dalam arti yang sebenarnya dari "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu".
Artikel terkait :
- Perumpamaan-perumpamaan: 1. GARAM, di
http://www.sarapanpagi.org/1-garam-vt1360.html#p4674
- GARAM, di http://www.sarapanpagi.org/garam-vt1594.html#p5889
Blessings in Christ,
BP
March 15, 2007
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
KJV, Salt is good: but if the salt have lost his saltness, wherewith will ye season it? Have salt in yourselves, and have peace one with another.
TR, καλον το αλας εαν δε το αλας αναλον γενηται εν τινι αυτο αρτυσετε εχετε εν εαυτοις αλας και ειρηνευετε εν αλληλοις
Translit interlinear, kalon {bait} to {itu} halas {garam} ean {jikalau} de {tetapi} to halas {garam} analon {yang tanpa garam} genêtai {menjadi} en {dengan} tini {apakah} auto {dia} artusete {kamu akan menggarami} echete {kamu harus mempunyai} en {dalam} eautois {dirimu} halas {garam} kai {dan} eirêneuete {hiduplah dengan damai} en allêlois {satu dengan yang lain}
Seseorang bisa menggunakan garam untuk mengasinkan daging atau roti, tetapi jika garam yang bisa dipakai untuk tujuan ini kehilangan rasa asinnya, maka apa yang bisa digunakan untuk mengasinkannya?
Tetapi bagaimana mungkin garam kehilangan rasa asinnya? Jika itu benar-benar garam, tentunya akan tetap asin dan bisa mempertahankan ekasinannya. Tetapi mungkin dalam pengalaman hidup sehari-hari orang Galilea, jarang ditemukan garam yang murni. Kenyataannya garam dicampur dengan bahan-bahan lain, dengan beragam bentuk tanah. Selama perbandingan garam dalam campuran itu cukup tinggi, maka campuran itu bisa memenuhi tujuan sebagai garam yang sesungguhnya. Tetapi jika karena terkena udara yang lembab atau karena sebab-sebab yang lain semua garam dalam campuran itu merembes keluar, maka apa yang ditinggal sama sekali tidak berguna.
Seperti yang laporan Lukas, dalam tulisannya lebih terinci dalam perkataan ini :
* Lukas 14:34-35
14:34 Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?
14:35 Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
KJV, It is neither fit for the land, nor yet for the dunghill; but men cast it out. He that hath ears to hear, let him hear.
TR, ουτε εις γην ουτε εις κοπριαν ευθετον εστιν εξω βαλλουσιν αυτο ο εχων ωτα ακουειν ακουετω
Translit interlinear, oute {tidak juga} eis {untuk} gên {tanah} oute {tidak juga} eis {untuk} koprian {timbunan pupuk kandang} eutheton {yang berguna} estin {itu adalah} exô {keluar} ballousin {mereka membuang} auto {dia} ho {orang yang} echôn {mampunyai} hôta {telinga-telinga} akouein {untuk mendengar} akouetô {hendaklah ia mendengar}
Terjemahan KJV : "Tidak ada gunanya baik untuk ladang maupun untuk ditaruh di tumpukan kotoran binatang (pupuk kandang)" –dunghill. Orang mungkin mengira bahwa tumpukan kotoran binatang adalah tempat yang paling cocok untuk itu, namun garam yang tak berguna itu fungsinya lebih rendah dari "kotoran binatang" yang bisa berguna untuk pupuk. Garam yang kehilangan fungsinya sama sekali tidak berguna, perhatikan ayat ini :
* Matius 5:13
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
KJV, Ye are the salt of the earth: but if the salt have lost his savour, wherewith shall it be salted? it is thenceforth good for nothing, but to be cast out, and to be trodden under foot of men.
TR, υμεις εστε το αλας της γης εαν δε το αλας μωρανθη εν τινι αλισθησεται εις ουδεν ισχυει ετι ει μη βληθηναι εξω και καταπατεισθαι υπο των ανθρωπων
Translit interlinear, humeis {kamu} este {adalah} to halas {garam} tês gês {dunia} ean {jika} de {tetapi} to halas {garam} môranthê {menjadi tawar} en {dengan} tini {apakah} alisthêsetai {ia dijadikan asin/ ia digarami} eis {karena} ouden {sama sekali tidak} ischuei {ia berguna} eti ei {kecuali} mê blêthênai {dibuang} exô {keluar} kai {dan} katapateisthai {diinjak-injak} hupo {oleh} tôn anthrôpôn {orang-orang}
Artinya, jika garam itu tidak bisa memberikan fungsinya, maka orang akan membuang barang yang tidak berguna itu di jalan (sehingga diinjak-injak orang).
Bentuk dari garam yang hambar dalam perkataan para rabbi yang mengacu (begitu kelihatannya) pada peran Israel sebagai garam atau alat penyucian diantara bangsa-bangsa.
Tulisan Matius mengenai perkataan Tuhan Yesus ini dimulai dengan kata-kata "Kamu adalah garam dunia" (Matius 5:13) yang ditujukan kepada murid-murid Tuhan Yesus, yang mempunyai fungsi khusus di bumi. Bila mereka gagal melakukannya, itu sama saja seperti mereka tidak ada (tidak eksis), apapun yang mereka lakukan. Dlam hal bagaimana mereka itu dikatakan sebagai garam tidak dirinci, sehingga sifat dari fungsi mereka harus disimpulkan dari konteksnya dan dari apa yang kita ketahui tentang pengaruh garam. Pengaruh yang mereka maksudkan agar bisa menyelamatkan dan menyucikan sesama mereka, atau guna menambah gairah dalam kehidupan masyarakat, atau menjadi suatu daya bagi perdamaian.
Gambarang orang kristen yang hambar kelihatan dari apa yang ia katakan. Slah satu cara untuk mengetahui ketidak-asinan seorang ialah dari 'bahasa' yang ia gunakan, perhatikan ayat ini :
* Kolose 4:6
LAI TB, Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.
LAI TL, Hendaklah senantiasa perkataanmu itu berkat, dimasinkan dengan garam, supaya dapat kamu mengetahui bagaimana kamu memberi jawab kepada tiap-tiap orang.
KJV, Let your speech be alway with grace, seasoned with salt, that ye may know how ye ought to answer every man.
TR, ο λογος υμων παντοτε εν χαριτι αλατι ηρτυμενος ειδεναι πως δει υμας ενι εκαστω αποκρινεσθαι
Translit interlinear, ho logos {perkataan} humôn {mu} pantote {senantiasa} en {dengan} chariti {berkat} halati {dengan garam} êrtumenos {seperti telah dibumbui} eidenai {agar tahu} pôs {bagaimana} dei {harus} humas {kamu} eni ekastô {kepada setiap orang} apokrinesthai {menjawab}
" Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh berkat – diasinkan dengan garam (seasoned with salt)" supaya jangan hambar, demikian tulisan Paulus kepada Jemaat di Kolose.
Dengan ini kita mulai mengerti maksud "garam" ini, yaitu hikmat dari orang-orang percaya yang siap sedia (terutama siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai iman) yang jauh berbeda dengan kata-kata fitnah dan kata-kata cela yang sebelumnya dibahas dalam surat yang sama (Kolose 3:7).
Karena murid-murid Tuhan disebut sebagai "Garam Dunia", di konteks yang sama dari Khotbah di Bukit, dimana mereka juga disebut sebagai "Terang Dunia" dan sebagai "Kota yang terletak diatas gunung (Matius 5:14), maka nyatalah bahwa yang dimaksud Tuhan Yesus ialah kehidupan mereka dalam masyarakat. Mereka harus dipanang oleh orang lain sebagai teladan hidup dari Kuasa dan Kasih karunia Allah, teladan yang menggairahkan orang lain untuk mengikuti jejak mereka.
Markus mencatan beberapa perkataan lain yang menunjukkan peran garam. Markus 9:43-48 menjabarkan kecaman kepada orang-orang yang tak mempunyai peran sebagai teladan yang baik :
* Markus 9:43-48
9:43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan;
9:44 di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.
9:45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka;
9:46 di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.
9:47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka,
9:48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.
Api yang selalu menyala dalam neraka atau tempat yang disebut "Gehena" yang terdapat di sebelah selatan Yerusalem yang berfungsi sebagai tempat pembuangan dan pembakaran sampah dari seluruh kota Yerusalem. (ini terterjadi sejak pembuangan di Babel. Sebelumnya daerah ini menjadi tempat penyembahan dewa Molokh sehingga dianggap cocok untuk direndahkan, dan menjadi gambaran tempat yang bernama Neraka). Pembakaran sampah yang dilakukan di tempat yang benama Gehena ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko penyakit yang mungkin timbul dari pembusukan sampah-sampah organik. Api menghasilkan pembersihan akan sampah-sampah.
Ayat-ayat diatas adalah sebuah transisi yang menghubungkan dengan perkataan-perkataan "garam", kita lihat ayat selanjutnya yang menyatakan makna "garam" sebagai api yang menghasilkan penyucian, sama seperti garam:
* Markus 9:49
Karena setiap orang akan digarami dengan api.
Maksud dari kata-kata Tuhan Yesus dalam kalimat "transisi" ini bisa jadi adalah api penganiayaan yang menghasilkan penyucian atu pemurnian dalam kehidupan para murid, bandingkan dengan ayat ini :
* 1 Petrus 1:6-7
1:6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
Beberapa ayat dari Markus ini merujuk kepada Perjanjian Lama, dimana acuannya lebih dikhususkan kepada korban sajian) :
* Imamat 2:13
Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam.
Kita juga bisa mengambil maknanya, dikaitkan dengan Imamat dan 1 Petrus, bahwa apa yang ditulis oleh Markus adalah bahwa setiap orang kristen, dengan menanggung sengsara, akan disucikan dengan kesengsaraan itu dan dengan demikian kehidupannya akan lebih berkenan kepada Allah. Kemudian Markus menjelaskan dalam tulisannya dengan satu kesimpulan abb :
* Markus 9:50
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Kembali disini kita bisa mengerti perintah ini dengan lebih baik, kalau kita mengetahui bagaimana situasi saat pengajaran Tuhan Yesus Kristus ini mula-mula diucapkan. "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu" bisa bermakna "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu" yang bisa mengacu kepada memakan garam bersama yang pada saat itu merupakan suatu pernyataan tentang rasa persaudaraan di meja makan dan karenanya merupakan hubungan yang penuh damai dan sejahtera. Jika demikian halnya maka, "selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain" adalah penjelasan dalam arti yang sebenarnya dari "Hendaklah kamu selalu mempunyai garam diantaramu".
Artikel terkait :
- Perumpamaan-perumpamaan: 1. GARAM, di
http://www.sarapanpagi.org/1-garam-vt1360.html#p4674
- GARAM, di http://www.sarapanpagi.org/garam-vt1594.html#p5889
Blessings in Christ,
BP
March 15, 2007