Sunday, January 31, 2010

Pernikahan adalah untuk memperolah keturunan
Setelah Adam dan Hawa disatukan Allah dalam pernikahan kudus, dan mereka sekarang menjalani sebuah rumah tangga baru, ternyata mereka tidak akan hidup berdua saja selamanya, tetapi Allah memberkati mereka dengan mengaruniakan anak-anak yang akan menambah jumlah anggota dalam keluarga mereka (Kejadian 1:28). Kehadiran anak-anak dalam keluarga bukan semata-mata menambah jumlah anggota keluarga, tetapi lebih dari itu kehadiran mereka sebagai penghibur, pemotivasi dan pelengkap.
Anak-anak adalah berkat dan milik Tuhan. Pemazmur mengatakan, “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN” (Mazmur 127:3a). Ini menunjukkan bahwa Allah menuntut tanggung-jawab besar dari sebuah keluarga agar anak-anak yang dikaruniakanNya itu dipelihara, dibesarkan, dididik, diasuh dengan baik. Bagaimanapun keadaan anak-anak itu saat dilahirkan, tetapi yang pasti bahwa mereka bukan objek penderita yang dapat dijadikan sebagai pelampiasan amarah atau kebrutalan seorang ayah atau ibu. Saya pernah menyaksikan sebuah sinetron yang ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI. Sinetron itu menceritakan kisah sebuah keluarga yang memiliki seorang anak laki-laki tunggal dan agak idiot. Penerimaan kedua orang-tuanya berbeda; sang ibu menerima apa adanya dan sangat mencintainya, sebaliknya sang ayah tidak menerima kenyataan keadaan anak itu dan bahkan menganggap bahwa anak itu sebagai pembawa sial dan malapetaka dalam keluarga mereka, bahkan sampai tega sang ayah berkata bahwa anaknya itu sampah dan biar mati saja.
Mungkin saja ada sebuah keluarga yang digambarkan oleh cerita sinetron di atas. Kalau itu terjadi, maka itu adalah sebuah pelanggaran besar yang dilakukan oleh sebuah keluarga, apakah itu keluarga non-Kristen ataupun Kristen.
Penulis kitab Amsal berkata: “Mahkota orang-orang-tua adalah anak cucu ¼ (Amsal 17:6a). Ini menunjukkan bahwa kehadiran anak dalam sebuah keluarga adalah sebuah kehormatan bagi keluarga tersebut. Sebuah keluarga pasti menginginkan kehormatan.
Satu hal penting lainnya yang perlu diketahui bahwa salah satu kebutuhan anak adalah dia diinginkan oleh kedua orang-tuanya. Ada beberapa contoh dalam Alkitab, seperti Ishak diinginkan oleh Sara dan Abraham (Kejadian 15:1-6; 16:1-2; 17:15-19; 21:1-7), Samuel diinginkan oleh Hana dan Elkana (1 Samuel 1:10-11, 19-20 ).
Perlu dipertimbangkan juga bahwa tidak mudah menjalankan tanggung-jawab sebagai ayah dan ibu untuk seorang anak, diperlukan kesiapan fisik, mental, emosi dan rohani, juga ekonomi. Pertimbangan ini dapat didasarkan pada pribadi suami dan isteri, apakah keduanya telah memiliki kesiapan-kesiapan ini atau sebaliknya. Suami dan isteri tidak cukup hanya siap secara ekonomi untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan anak, tetapi keduanya harus benar-benar siap secara fisik, mental, emosi, rohani dan juga secara ekonomi. Dengan kata lain siap dalam semua bidang ini. Mungkin ada yang mengatakan ekonomi tidak begitu penting, tetapi Alkitab sendiri menegaskan pentingnya persiapan ekonomi (1 Timotius 5:8).
Seorang saudara seiman pernah menceritakan pengalaman yang diperolehnya bahwa pada tahun-tahun awal (satu atau dua tahun) pernikahan sebuah pasangan suami-isteri, biasanya baru menjalani masa penyesuaian diri satu sama lain, secara mental, secara emosional, saling mempelajari sifat masing-masing, berusaha untuk membuang ego (sifat mau menang sendiri), dan yang lebih penting lagi adalah merencanakan hal-hal (jangka panjang maupun jangka pendek) yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rumah tangga. Setidaknya setelah melewati tahun-tahun awal inilah saat yang baik untuk memiliki anak. Hal ini juga akan memberikan sumbangsih besar untuk mengatasi hal-hal destruktif (menghancurkan) yang salah satu dampaknya dapat merugikan anak-anak dalam keluarga.
Pengalaman tidak semuanya salah. Kita dapat belajar dari pengalaman baik orang lain, yang dapat memberikan jalan bagi suami-isteri untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia serta dapat menjadi teladan bagi keluarga lain.
Powered By Blogger