Pernikahan Itu Berlandaskan Cinta
Adam sangat merindukan seorang pendamping yang dapat menjadi pelabuhan
cintanya. Lalu Allah menciptakan seorang perempuan yang dicintai Adam.
Tidak ada indikasi bahwa Adam terpaksa menikahi Hawa oleh karena tidak
ada pilihan baginya. Kejadian 2:23 mengatakan “Lalu berkatalah
manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
Tersirat dalam ayat ini betapa cintanya Adam pada Hawa dan sebaliknya.
Maka dengan alasan inilah Allah menikahkan Adam dan Hawa dengan
berfirman: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya
dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu
daging” (Kejadian 2:24).
Amos mengatakan “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?”
(Amos 3:3). Ayat ini dapat diaplikasikan pada pernikahan, yaitu kedua
insan (laki-laki dan perempuan) yang hendak menikah harus mengawalinya
dengan perasaan suka sama suka atau cinta. Dalam beberapa kasus
pernikahan, ada yang menikah oleh karena materi (harta), membayar budi
baik, bahkan mungkin untuk memeras orang lain, dan lain sebagainya. Ini
adalah pernikahan yang tidak sehat dan sangat ditentang oleh Allah.
Tetapi perlu diingat bahwa meskipun dengan motif-motif salah ini
seseorang menikah, sekali dia menikah secara alkitabiah, maka itu
adalah pernikahan yang syah di hadapan Allah.
Cinta dibutuhkan dalam sebuah pernikahan atau rumah tangga. Jim E.
Waldron mengatakan “...cinta adalah minyak yang melumasi hubungan
anggota-anggota sebuah keluarga, dan pernikahan adalah bahan
perekatnya” (Waldron, 1998: 36).
Cinta sejati adalah cinta yang rela berkorban. Suami dan isteri harus
saling berkorban satu sama lain. Suami harus mengasihi isterinya
(Efesus 5:25, 28, 29, 32-33) dan sebaliknya demikian. Saling memenuhi
kebutuhan masing-masing secara biologis (1 Korintus 7:3-5). Untuk
melakukan semua hal ini dibutuhkan cinta di antara keduanya. Hubungan
cinta antara suami dan isteri menjadi simbol hubungan kasih antara
Kristus dan gerejaNya. Ini menujukkan bahwa kasih atau cinta itu sangat
penting di antara keduanya.
Hal penting lain yang jangan dilewatkan adalah cinta melibatkan
komunikasi di antara keduanya. Itulah yang dimaksudkan oleh Amos dengan
kata “berjanji.”