Sering kita mendengar orang berkata, ”Hmm.. memang dia itu orang baik...”, ketika melihat orang lain yang senantiasa berbuat baik, suka membantu orang lain, dan tidak melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma di masyarakat umum. Orang baik seperti ini cenderung ”menyenangkan” orang di sekitarnya dan menjadi ”panutan”. Ada juga orang yang memang cenderung berusaha melakukan apa saja, demi menyenangkan orang-orang di sekitarnya, yang penting dirinya disukai orang dan dinilai sebagai orang baik di lingkungannya.
Di sisi lain, ada orang yang mau hidup berpegang pada prinsip yang benar, sehingga tidak mau mengenal kompromi sama sekali dalam hal-hal yang tidak benar. Orang seperti ini cenderung tegas dan berani mengambil resiko ketika melakukan prinsip kebenaran yang dipahami dan dijalaninya. Namun orang seperti ini sering mengalami benturan bahkan cercaan dari orang lain yang merasa bahwa kebenaran yang diyakininya itu tidak sesuai dengan kebiasaan atau bahkan ”trend” yang ada di masyarakat pada umumnya, padahal itu justru yang benar. Kadang orang seperti ini juga mengalami hal yang tidak mengenakkan ketika terus berpegang pada kebenaran, karena orang-orang di sekelilingnya menjadi tidak suka dan malah menganggapnya sebagai orang ”aneh”, atau bahkan musuh.
Bagaimana menurut Anda? Yang mana yang dipilih, menjadi orang baik atau orang benar? Orang baik bisa disukai banyak orang tapi belum tentu hidup benar. Orang benar mungkin tidak disukai banyak orang, tapi selalu menghasilkan buah yang baik.
Banyak orang menginginkan hidupnya sebagai orang benar. Namun menjadi orang benar yang senantiasa benar-benar hidup dalam kebenaran tidaklah semudah mengatakannya. Dalam Alkitab, Daniel adalah orang benar, yang senantiasa berpegang pada kebenaran yang sudah diketahuinya. Apa buktinya? Tuhan berfirman kepada Yehezkiel ketika Ia hendak menghukum dosa orang Israel, “Dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada di tengah-tengahnya, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka,”(Yeh. 14:20). Luar biasa, pujian yang diberikan Tuhan pada Daniel, bahwa kebenaran itu dihidupinya, ternyata benar-benar penting hingga diulang tiga kali (Yeh. 14:14,16,20). Mengapa demikian? Pola hidup apakah yang dijalani Daniel?
Daniel adalah satu dari empat pemuda Yehuda yang ditawan Nebukadnezar raja Babel, saat menaklukan Yoyakim Raja Yehuda di Yerusalem, yakni Hananya yang dinamai Sadrakh, Misael yang dinamai Mesakh dan Azarya yang dinamai Abednego. Karena mereka tidak bercela, berperawakan baik, memahami berbagai hikmat, berpengetahuan banyak dan memiliki pengertian tentang ilmu, mereka pun diajarkan tulisan dan bahasa Kasdim selama tiga tahun untuk bekerja di istana Raja. Lalu, Raja juga menetapkan makanan enak dan anggur yang biasa diminumnya untuk diberikan kepada empat pemuda tersebut. Namun, Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan diri dengan santapan itu. Jadi, Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai tulisan dan hikmat, dan mendapatkan pengertian tentang berbagai penglihatan dan mimpi. Ketika Raja memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, terbuktilah Daniel 10 kali lebih cerdas dari semua orang berilmu dan ahli jampi di seluruh kerajaannya.
Suatu kali Raja Nebukadnezar bermimpi, namun ia lupa mimpinya. Jadi, ia menyuruh semua orang berilmu dan ahli jampi untuk menjelaskan mimpinya. Tapi tak seorang pun yang sanggup, sehingga Raja murka dan bermaksud melenyapkan mereka. Daniel meminta waktu untuk memberitahukan makna mimpi itu. Ia dan ketiga temannya berdoa dan Allah menyingkapkan rahasia itu dalam penglihatan malam. Nebukadnezar bertanya, ”Sanggupkah engkau memberitahukan kepadaku mimpi yang telah kulihat itu dengan maknanya?” Kata Daniel, ”Rahasia yang ditanyakan tuanku tidak dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang,” (Dan. 2:27-28). Daniel memberitahu mimpi dan artinya, sehingga Raja berkata, ”Sesungguhnyalah, Allahmu itu Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja, dan Yang menyingkapkan rahasia-rahasia, sebab engkau telah dapat menyingkapkan rahasia itu,” (Dan. 2:47). Raja menjadikan Daniel penguasa dan kepala atas orang bijaksana di Babel.
Orang benar bukan hanya berbuat baik saja, tetapi ia harus melakukan kebenaran, dengan segala risikonya. Hal ini tampak pada saat Nebukadnezar membuat patung emas yang tingginya 60 hasta dan lebarnya 6 hasta di Dura, Babel. Raja mengumpulkan para wakil, penguasa, bupati, penasihat, bendahara, hakim, ahli hukum agar menghadiri pentahbisan patung itu. Raja memberi perintah bahwa ketika mereka mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus dan serdam, maka mereka harus sujud menyembah patung tersebut. Siapa yang tidak menyembah patung itu akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Tapi, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak menyembah patung emas itu. Mereka tetap hidup dalam kebenaran dan berkata, “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu,” (Dan.3:16-18).
Mendengar perkataan mereka, Raja sangat geram, dan perapian dibuat 7 kali lebih panas daripada biasanya. Lalu, tiga pemuda ini diikat dengan jubah, celana, topi dan pakaian mereka serta dibuang dalam api. Karena mereka hidup benar, Allah membela dan menyelamatkan mereka dari nyala api, sehingga terkejutlah Raja dan berkata, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan ke dalam api? Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!” (Dan. 3:25). Akhirnya ketiganya dikeluarkan, namun tubuh mereka yang tidak terbakar, bahkan rambut, jubah atau bau kebakaran pun tidak ada pada mereka. Kata Raja, “Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang percaya kepada-Nya dan melanggar titah raja untuk tidak menyerahkan tubuh mereka kecuali kepada Allah mereka.” Mereka pun mendapat kedudukan tinggi dari raja.
Begitu juga dengan Daniel, ketika berkuasa ia memilih untuk hidup benar dan tidak menerima suap. Ia menolak hadiah Raja Belsyazar ketika membaca tulisan rahasia di dinding untuk memberitahu maknanya (Dan. 5:16-17). Ia bertanggungjawab dan tidak merugikan Raja atau mencari keuntungan sendiri. Ia tidak berkompromi dengan musuh. Ia memilih untuk hidup benar dan konsisten berdoa, memuji dan menyembah Allah 3 kali sehari (Dan. 6:11). Ia percaya bahwa Allah pasti menyelamatkan dia dengan menutup mulut singa ketika dibuang ke dalam gua singa, (Dan. 6:16-29). Mujizat yang luar biasa pun terjadi saat Daniel melakukan kebenaran: Raja Darius mengirim surat pada rakyatnya, ”Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah Allah yang hidup, yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahan-Nya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkaman singa-singa,” (Dan. 6:26-27).
Ketika terjepit, Daniel dikuatkan karena visi tentang Mesias, “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah,” (Dan.7:13-14). Walau lelah, Daniel tetap melakukan urusan Raja. Hal penting lain adalah ia selalu ”memperhatikan dalam kumpulan Kitab jumlah tahun yang menurut firman TUHAN kepada nabi Yeremia akan berlaku atas timbunan puing Yerusalem, yakni tujuh puluh tahun. Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah untuk berdoa dan bermohon, sambil berpuasa dan mengenakan kain kabung serta abu,” (Dan.9:2-3). Tidak ada alasan dan keinginan bagi orang benar untuk tidak hidup dalam kebenaran. Daniel berdoa, “...dengarkanlah doa hamba-Mu ini..., dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri,” (Dan.9:17).
Nubuatan-nubuatan yang ditulis oleh Nabi Daniel tentang akhir zaman begitu tepat dan akurat. Bahkan nubuatan Daniel tentang penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan di akhir zaman pun dikutip oleh Yesus Kristus. Kata Yesus, “Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh Nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya --,” (Mat. 24:15). Namun jangan takut, karena Daniel juga memberi jaminan, “...tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak,” (Dan.11:32b). Ia menguatkan kita, “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya,” (Dan.12:3).
Kehidupan Daniel memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita tentang kesetiaan untuk hidup dalam kebenaran. Kesetiaannya mendapatkan pujian, “Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman,” (Dan.12:13). Daniel adalah orang benar yang hidup dalam kebenaran, bahkan ketika banyak kesempatan untuk melakukan hal menyenangkan namun berujung dosa ditawarkan kepada dirinya. Ia mengawali dan mengakhiri perjalanan imannya dengan setia dan sempurna. Bagaimana dengan kita? Ingin menjadi orang benar? Orang benar adalah orang yang hidup dalam kebenaran. Ambillah keputusan untuk hidup dalam kebenaran. Kadang memang terasa sulit dan penuh tantangan, namun tidak ada yang tidak bisa. Ingat, kita melakukan segala sesuatu di dalam Yesus yang memberi kekuatan dan kasih karuniaNya kepada kita.
Nubuatan-nubuatan yang ditulis oleh Nabi Daniel tentang akhir zaman begitu tepat dan akurat. Bahkan nubuatan Daniel tentang penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan di akhir zaman pun dikutip oleh Yesus Kristus. Kata Yesus, “Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh Nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya --,” (Mat. 24:15). Namun jangan takut, karena Daniel juga memberi jaminan, “...tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak,” (Dan.11:32b). Ia menguatkan kita, “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya,” (Dan.12:3).
Kehidupan Daniel memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita tentang kesetiaan untuk hidup dalam kebenaran. Kesetiaannya mendapatkan pujian, “Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman,” (Dan.12:13). Daniel adalah orang benar yang hidup dalam kebenaran, bahkan ketika banyak kesempatan untuk melakukan hal menyenangkan namun berujung dosa ditawarkan kepada dirinya. Ia mengawali dan mengakhiri perjalanan imannya dengan setia dan sempurna. Bagaimana dengan kita? Ingin menjadi orang benar? Orang benar adalah orang yang hidup dalam kebenaran. Ambillah keputusan untuk hidup dalam kebenaran. Kadang memang terasa sulit dan penuh tantangan, namun tidak ada yang tidak bisa. Ingat, kita melakukan segala sesuatu di dalam Yesus yang memberi kekuatan dan kasih karuniaNya kepada kita.