Pada dasanya setiap budaya lahir dari sebuah kebiasaan yang berlangsung dari suatu komunitas. Dalam perjalanannya kemudian budaya melahirkan suatu kepercayaan atau agama. Agama yang lahir dari sebuah kebudayaan pada umumnya akan mengandalkan kekuataan supranatural. Untuk dapat menerima kekuatan supranatural ini maka dibutuhkan suatu upacara agama dengan ritual tertentu yang ditujukan agar kedua pihak mendapat keuntungan. Para pengikutnya percaya apabila mereka berbuat baik akan diberkati dan jika tidak maka mereka akan dihukum (Asas upah atau reward).
Bagi agama tersebut yang berperan adalah ritual. Untuk menjalankan ritual-ritual tersebut ada syarat-syarat tertentu yang harus diikuti dengan benar misalnya dengan mengucapkan ayat-ayat tertentu untuk mengusir setan, doa-doa tertentu yang digumakan untuk menolak bala, menerima berkat dan lain sebagainya. Bertuhan karena asas manfaat itulah agama, tetapi kekristenan tidak mengajarkan demikian, kekristenan mengajarkan berTuhan karena menyangkut nasib kekal. Sebagaimana Allah menjaga keteraturan jagad raya berdasarkan hukum-hukumNya. Maka dalam kehidupan ini Allah juga menerapkan hukum-hukum-Nya. Seperti mengenai hukum tabur tuai Gl 6:7) dimana orang jahat akan menuai akibat buruk dari kejahatannya. Orang malas akan menuai kemiskinan akibat kemalasannya.
Devosi yang dikembangkan oleh banyak pengkotbah dan pengajar hari-hari ini berangkat dari asas simbiosis mutualis atau asas manfaat seperti itu. Jelas ini bukan produk ajar yang berangkat dari standard kebenaran Alkitab. Pengajaran seperti ini mutlak bukan kristen tetapi berangkat dari agama agama sekitar atau kepercayaan-kepercayaan suku. Sebagai contoh jemaat diajarkan bagaimana menyenangkan Tuhan melalui memberikan puji-pujian atau nyanyian sebagai wujud dari persembahannya kepada Tuhan, lalu dengan cara demikianlah Tuhan tergerak memberkati umat-Nya. Apa saja yang kita butuhkan akan diberikan jika kita berhasil membuat hati Tuhan disenangkan. Sadar atau tidak kesan ini muncul didalam gereja. Jika kita menyembah begitu rupa maka muzizat terjadi dan berkat akan diberikan. Kita harus ingat bahwa berkat yang diterima tidak didasari karena permintaan. Tanpa meminta pun sesungguhnya Tuhan sudah memberkati. Tuhan memiliki hukum dan kita terikat pada hukumnya.
Asas Devosi yang benar kepada Tuhan adalah berusaha menemukan Tuhan serta melakukan kehendak-Nya dengan ketaatan yang tak bersyarat. Seperti Abraham dimana hidupnya disita sepenuhnya untuk menemukan negeri yang dijanjikan Tuhan walaupun sampai ia hampir mati namun belum melihat negri itu, tetapi ia tidak tidak kembali ke Urkasdim. Ia memiliki fokus kepada Tuhan yaitu bagaimana menggenapi kehendak-Nya. Inilah yang disebut bertuhan itu, bertuhan adalah melakukan kehendak-Nya jika tidak berarti tidak bertuhan. Agama pada umumnya berfokus pada bagaimana menyelamat nyawa di dunia yaitu bagaimana terhindar dari kesulitan ekonomi, sakit penyakit, tidak memiliki pasangan hidup, tidak memiliki keturunan, dan lain sebagainya dengan memanfaatkan Tuhan. Devosi yang benar kepada Allah juga bukan dengan mengasingkan diri dari keramaian dunia lalu keluar dari persaingan di dunia kerja, politik dan lain sebagainya. Tetapi kita ada disana sebagai orang-orang yang telah mengalami Tuhan lalu berusaha membawa orang lain juga mengalami perjumpaan dengan Kristus. Melalui sebuah peragaan gaya hidup Tuhan Yesus yang kita tampilkan kepada dunia secara natural. Misalnya dengan bangun lebih pagi dari kebanyakan orang dan mengawalinya dengan bersaat teduh menemui Tuhan dulu, kemudian berolah raga olahraga, buka toko lebih pagi jika pedagang dan berangkat kerja jika lebih pagi ia seorang karyawan. Saat bekerja fokus pada pekerjaannya bukan upah. Sebab dijadikan sempurna lebih dari pahala. Berusaha jadi rancangan semula bukan karena takut dihukum tetapi karena Tuhan telah menyiapkan dunia yang jauh lebih baik dari dunia hari ini. Inilah devosi yang benar bukan karena upah pahala tetapi karena rasa syukur atas anugerah-Nya yang besar atas kita. -Solagracia-
Asas Devosi yang benar kepada Tuhan adalah berusaha menemukan Tuhan serta melakukan kehendak-Nya dengan ketaatan yang tak bersyarat. Seperti Abraham dimana hidupnya disita sepenuhnya untuk menemukan negeri yang dijanjikan Tuhan walaupun sampai ia hampir mati namun belum melihat negri itu, tetapi ia tidak tidak kembali ke Urkasdim. Ia memiliki fokus kepada Tuhan yaitu bagaimana menggenapi kehendak-Nya. Inilah yang disebut bertuhan itu, bertuhan adalah melakukan kehendak-Nya jika tidak berarti tidak bertuhan. Agama pada umumnya berfokus pada bagaimana menyelamat nyawa di dunia yaitu bagaimana terhindar dari kesulitan ekonomi, sakit penyakit, tidak memiliki pasangan hidup, tidak memiliki keturunan, dan lain sebagainya dengan memanfaatkan Tuhan. Devosi yang benar kepada Allah juga bukan dengan mengasingkan diri dari keramaian dunia lalu keluar dari persaingan di dunia kerja, politik dan lain sebagainya. Tetapi kita ada disana sebagai orang-orang yang telah mengalami Tuhan lalu berusaha membawa orang lain juga mengalami perjumpaan dengan Kristus. Melalui sebuah peragaan gaya hidup Tuhan Yesus yang kita tampilkan kepada dunia secara natural. Misalnya dengan bangun lebih pagi dari kebanyakan orang dan mengawalinya dengan bersaat teduh menemui Tuhan dulu, kemudian berolah raga olahraga, buka toko lebih pagi jika pedagang dan berangkat kerja jika lebih pagi ia seorang karyawan. Saat bekerja fokus pada pekerjaannya bukan upah. Sebab dijadikan sempurna lebih dari pahala. Berusaha jadi rancangan semula bukan karena takut dihukum tetapi karena Tuhan telah menyiapkan dunia yang jauh lebih baik dari dunia hari ini. Inilah devosi yang benar bukan karena upah pahala tetapi karena rasa syukur atas anugerah-Nya yang besar atas kita. -Solagracia-