Monday, December 1, 2014

KEBANGKITAN ORANG MATI SEBUAH TELAAH DARI ALKITAB

"Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?" (Ayub 14:14), demikianlah pertanyaan Ayub yang sudah berusia hampir 4000 tahun. Pertanyaan itu sendiri sudah dicoba dijawab oleh manusia di manapun dengan segala argumentasinya. Orang ateis yang kebanyakan berpikir dengan dialektika materialisme mengatakan "tidak". Orang agnostik menjawab "tidak tahu". Kepercayaan lain berpendapat: "Manusia akan ber-reinkarnasi (menjelma lagi sebagai makhluk yang lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari karmanya di dunia)".
Problema atau pertanyaan di atas hanyalah merupakan salah satu masalah yang bisa ditarik dari topik tentang kebangkitan. Artikel ini khusus mengajak pembaca meneliti kesaksian Alkitab tentang kebangkitan, istilah atau terminologi apa yang dipakai, serta bagaimana keadaan orang-orang yang akan dibangkitkan tersebut. Yang tidak mungkin dibahas di dalam artikel ini adalah mengenai: apakah kebangkitan orang percaya serta orang yang tidak percaya akan terjadi secara bersama-sama atau serentak; kapan kebangkitan orang mati akan terjadi; bagaimana pandangan premillennialis, postmillennialis, dan amillennialis tentang kebangkitan; serta masalah immortalitas.
Agar menjadi jelas, perlu kiranya kita meneliti terlebih dahulu istilah-istilah yang dipakai di dalam Alkitab untuk menggambarkan tentang "kebangkitan". Beberapa kata benda ("kebangkitan") dipakai di dalam Perjanjian Baru. Yang pertama adalah istilah anastasis, yang dipergunakan sebanyak 42 kali dan selalu102 berarti "kebangkitan orang mati" atau "kebangkitan dari kematian". Seringkali istilah tersebut dipakai untuk menunjuk pada kebangkitan orang percaya (Matius 22:31-32Lukas 14:14I Korintus 15:12-13, 21) dan kebangkitan Kristus (Kisah 26:23Roma 1:4), namun sering pula dipakai untuk menunjuk pada kebangkitan universal atau kebangkitan orang banyak (Kisah 17:32; 24:15,21Yohanes 5:28-29).103Istilah lain exanastasis (Filipi 3:11), menurut Zeiwick,104 hanyalah merupakan varian dari anastasis. Imbuhan ek (out from among [the dead]) mengindikasikan adanya tekanan tentang benar-benarnya orang yang telah mati itu keluar atau berpisah dengan kematian.105
Beberapa kata kerja juga sering dipakai dalam Perjanjian Baru. Kata anhistemi ("membangkitkan" atau "bangkit") yang dipergunakan sebanyak 107 kali merupakan ekivalennya anastasis. Sebanyak 15 kali disebut berhubungan dengan kebangkitan Kristus dan 26 kali kebangkitan orang mati. (Perlu pula diketahui bahwa 66 kali kata ini tidak berhubungan dengan kebangkitan orang mati).106 Kata egeiro, seperti juga anhistemi, menandakan dibangkitkannya orang yang telah mati menjadi hidup lagi (mis. Markus 5:41Lukas 7:14); atau dapat pula menunjuk pada kebangkitan tubuh rohaniah di akhir zaman (I Korintus 15:42-44,52).107
Dari terminologi Alkitab tersebut dapatlah disimpulkan beberapa hal. Pertama, kebangkitan menunjuk pada restorasi hidup seseorang sesudah adanya interval atau sejangka waktu di mana ia ada dalam lingkup kematian.108 Kebangkitan merupakan peristiwa yang menuntun kepada perubahan status. Sebagaimana Kristus bangkit dari kematian,109 demikian pula semua orang percaya yang telah mati "akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan (mereka) semua akan diubah" (I Korintus 15:52).
Kedua, kebangkitan berarti adanya lagi kehidupan atau adanya lagi keberadaan fisik yang tadinya di telan oleh kematian. Jadi, tekanannya adalah pada realita adanya perubahan atau transformasi yang menuntun kepada immortalitas (atau hidup yang tidak dapat binasa).110
Ketiga, kebangkitan orang percaya bukan hanya adanya kehidupan lagi serta mengalami transformasi saja, kebangkitan itu sendiri akan menuntun kepada titik permuliaan. di mana orang percaya itu menikmati sepenuhnya kemenangan atas kematian. Pada saat itulah janji pemenuhan kehidupan yang permanen di harapan Allah menjadi sempurna.111

Mengenai keadaan atau sifat kebangkitan orang percaya, Alkitab agaknya memberi tekanan yang utama agar orang Kristen melihat pada sifat kebangkitan Kristus. Intinya, kebangkitan Kristus sudah merupakan jaminan kebangkitan orang percaya di kemudian hari. Menurut rasul Yohanes: "....kita (yaitu orang-orang percaya) akan menjadi sama seperti Dia" (I Yohanes 3:2); dan Paulus mencatat bahwa tubuh orang percaya yang hina akan diubah sehingga menjadi "serupa dengan tubuhNya (Kristus) yang mulia" (Filipi 3:21).
Dikatakan "serupa" dengan tubuh kebangkitan Kristus, karena Paulus ingin memperlihatkan bahwa tubuh kebangkitan Kristus dan orang percaya merupakan tubuh yang tidak dapat binasa, penuh dengan kemuliaan serta riil. Paulus sendiri juga mengajarkan hal yang sama kepada jemaat di Korintus (I Korintus 15:42-44).
Memang menurut kesaksian Alkitab ketika Kristus bangkit kadang Ia sepertinya segera dikenal oleh murid-muridNya (Matius 28:9Yohanes 20:19-20), tetapi juga kadang tidak langsung dikenal (Lukas 24:16Yohanes 21:4). Ia dapat muncul tiba-tiba di tengah-tengah murid-muridNya sekalipun pintu terkunci (Yohanes 20:19) ataupun lenyap dengan tiba-tiba (Lukas 24:31). Ia sendiri mengindikasikan bahwa tubuh kebangkitanNya itu masih berdaging dan bertulang (Lukas 24:39). Iapun mene rima makanan dan memakannya (Lukas 24:41-43).112Pendeknya, melalui yang terakhir tadi, ia memperlihatkan bahwa tubuh kebangkitanNya dapat saja mengikuti limitasi hidup jasmaniah atau tidak, menurut kehendakNya. Dan ini memberikan indikasi kepada kita bahwa orang percaya yang dibangkitkan juga memiliki kuasa yang serupa.
I Korintus 15:20 mengajarkan bahwa "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal". Kata yang sulung" (first-fruit; Gk. aparche) berarti "bagian pertama dari suatu panen" yang menjamin adanya suatu tuaian yang tuntas atau menyeluruh. Jadi, maksudnya adalah bahwa kebangkitan Kristus itu merupakan bukti atau jaminan bagi orang yang percaya kepadaNya bahwa mereka juga akan dibangkitkan dari kematian.113 Kolose 1:18 juga mengajarkan hal yang sama, bahwa Kristus adalah "yang sulung (Gk. arche), yang pertama (first-born. Gk prototokos)114 bangkit dari antara orang mati". Maksudnya, Kristuslah yang pertama-tama sekali dibangkitkan Allah supaya ia menjadi yang utama di dalam segala sesuatu, dan orang yang percaya kepadaNya akan dibangkitkan dengan cara atau keadaan yang sama.
Segala uraian di atas belum menjawab pertanyaan: apakah kebangkitan tubuh merupakan kebangkitan yang sifatnya material atau fisikal? Apakah tubuh kebangkitan itu akan sama dengan tubuh manusia pada waktu hidup di bumi?
Paulus, seakan-akan sudah mengantisipasi pertanyaan itu, menjawabnya demikian: bahwa tubuh orang percaya itu mempunyai signifikansi spiritual (I Korintus 6:12-20). Tubuh itu kudus dan merupakan anggota Kristus (a.116, bahkan bait Roh Kudus (a.120.115 "tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan" (a.114. Oleh karena itu Paulus meneruskan bahwa "Allah, yang membangkitkan Tuhan (maksudnya: Kristus), akan membangkitkan kita juga oleh kuasaNya" (a.115. Lalu, bagaimana caranya kebangkitan itu akan terjadi?
Melalui I Korintus 15:36-38, yakni melalui ilustrasi tanaman dan biji, ia menjelaskan bahwa biji yang ditaburkan "Tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. Dan yang (manusia) taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendakiNya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri". Yang dimaksud oleh Paulus bukanlah bahwa di dalam tubuh manusia itu mengandung sejenis bibit atau biji dari tubuh kebangkitan itu, yang kemudian melaluinya tubuh yang mati itu didirikan kembali. Sebaliknya, yang hendak ia beberkan adalah: apabila Allah dapat secara ajaib memberi pertumbuhan kepada biji yang toh akan mati namun yang kemudian menjadi tanaman yang baru yang muncul dari tanah sebagai sebatang "tubuh", apakah ia tidak dapat melakukan hal yang sama terhadap tubuh manusia?116
Hal ini dipertegas di dalam Roma 8:11 yang mengajarkan bahwa Allah melalui Roh kudusNya akan menghidupkan tubuh manusia yang fana ini, karena Kristus juga telah dibangkitkan secara tubuh. Tubuh manusia itu, yang semula dapat mati atau binasa, menjadi tubuh kebangkitan yang tidak dapat binasa (I Korintus 15:42). Memang komposisi tubuh kebangkitan ini agaknya berbeda dengan tubuh manusia sebelum mati, oleh karena Paulus sendiri menegaskan bahwa "daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa" (I Korintus 15:50). Implikasi yang serupa juga pernah Yesus ucapkan ketika ia menjawab orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan. MenurutNya, "Pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga" (Matius 22:30).
Namun, sekalipun komposisi tubuh kebangkitan itu berbeda dengan tubuh manusia sebelum mati, tidaklah tepat apabila ditarik kesimpulan bahwa tubuh kebangkitan itu sebenarnya merupakan tubuh yang non fisikal berdasarkan I Korintus 15:44 yang membedakan antara "tubuh rohaniah" (spiritual body, Gk soma pneumatikon) dan "tubuh alamiah" (natural body, Gk. soma psychikon). Alasannya. Paulus juga memakai kedua istilah tersebut di pasal 2:14-15 ("manusia duniawi", psychikos dan "manusia rohani", pneumatikos) tanpa indikasi bahwa yang ia maksudkan dengan "manusia rohani" adalah manusia yang non fisikal. Konteks menunjukkan bahwa yang dimaksudkannya dengan "manusia rohani" adalah manusia yang dituntun oleh Roh Kudus. Dengan demikian, sama dengan indikasi di atas, "tubuh rohaniah" di dalam I Korintus 15:44 bukanlah tubuh yang non fisikal, melainkan tubuh kebangkitan yang akan sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus.117 (Bandingkan peranan Roh Kudus di dalam kebangkitan Kristus dan orang percaya menurut Roma 8:11)
Dari semua yang dipaparkan di atas bolehlah disimpulkan demikian: bahwa tubuh kebangkitan nanti akan identik dengan tubuh manusia sebelum mati. Allah tidak akan menciptakan lagi suatu tubuh yang baru untuk setiap orang, melainkan Ia akan membangkitkan tubuh manusia yang telah tertanam di tanah.118 Singkat kata, Allah akan mengadakan utilisasi (pemanfaatan) tubuh yang manusia asli119 dengan suatu proses transformasi atau metamorfosis (=perubahan bentuk)120, sehingga menjadi tubuh kebangkitan yang baru.

Apa perlunya kita membahas soal kebangkitan dari segi ini atau dari kesaksian Alkitab? Bukankah cukup banyak orang Kristen yang tidak meragukan lagi tentang jaminan kebangkitan sesudah mati?
Ternyata tidak semua teolog Kristen meyakini tentang janji kebangkitan atau hidup sesudah mati. Bagi Rudolf Bultmann, menurut Stephen Travis, pengharapan tentang adanya suatu kehidupan sesudah mati itu bukan saja "unintelligible" (tidak dapat dipahami) buat manusia modern, melainkan pandangan itu juga "completely meaningless" (=sama sekali tidak berarti).121 Penolakan seperti ini secara implisit juga terkandung dalam karya tulis Jurgen Moltmann. Baginya, suatu keyakinan akan kehidupan sesudah mati di masa mendatang itu hanya akan menghasilkan suatu "resigned attitude to life" (suatu sikap yang menyerah saja kepada kehidupan)122 Pada bagian lain ia menulis: "Resurrection life is not a further life after death", melainkan kebangkitan hanya melambangkan puncak terakhir dari sejarah; sesudah itu, yang ada hanyalah Allah.123
Bagi rasul Paulus, jikalau orang mati tidak dibangkitkan, lebih baik kita mengadopsi saja motto "Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati" (I Korintus 15:32). Tetapi yang benar adalah bahwa "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (I Korintus 15:20). Karena itu, semua orang percaya yang telah meninggal akan "dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (ayat 22).
Berkhof, L. Systematic Theology. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1939, 1941.
Ericson, M.J. Christian Theology. Grand Rapids, MI: Baker, 1983, 1984,1985.
Harris, M.J. Raised Immortal. Grand Rapids, MI: Eerdman, 1983
Hoekema, A.A. The Bible and The Future. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1979.
Muller, R.A., "Resurrection", The International Standard Bible Encyclopedia, vol.4, ed. G.W. Bromiley. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1988.
Myers, A.C. (ed.), "Resurrection". The Eerdmans Bibble Dictionary, revised edition. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1987.
Robinson, J.A.T., "Resurrection in The New Testament", The Interpreter's Dictionary of The Bible, vol.4, ed. G.A. Buttrick. Nashville, TN: Abingdon, 1962.
Sheriffs, R.J.A., "Resurrection", The New Bible Dictionary, ed. J.D. Douglas. London: Intervarsity, 1974.
Travis, S.H. Christian Hope and The Future. Downers Grove, IL: Intervarsity, 1980.
Vos, G. The Pauline Eschatology. Phillipsburg, NJ: Presbyterian and Reformed, 1986.
Powered By Blogger