Aaron Kosminski diklaim sebagai orang di balik sosok pembunuh legendaris Jack The Ripper pada 1888 di London. Aaron adalah imigran Yahudi asal Polandia yang diduga kuat sebagai pembunuh berantai itu. Polisi menyebut Jack pembunuh profesional karena mampu beraksi di jalan yang gelap dan sempit, serta membunuh korban hanya dengan pisau.
Dikutip dari Casebook.org, pada 1888 hingga 1891, kematian sebelas wanita di sekitar Whitechapel, distrik kecil di London timur, membuat polisi menggelar investigasi dengan sandi "Pembunuh Whitechapel". Tujuh korban tewas dengan leher terputus dan empat lainnya dimutilasi. Kepala Inspektur Donald Swanson, yang mengepalai penyelidikan, telah mengantongi satu nama, yaitu Kosminski. (Baca: Identitas Jack the Ripper Akhirnya Terungkap)
Dari kasus "Pembunuh Whitechapel", polisi menemukan kemiripan pola penyerangan dalam beberapa kasus sebelumnya. Jack akan berhadapan langsung dengan korban dan segera menyergapnya. Jack akan mencekik korban agar tidak bisa napas hingga mati. Beberapa peneliti kasus Jack juga menyebut Jack melakukan anal seks dengan korban setelah membuat mereka pingsan.
Pencekikan hingga mati itu dilakukan agar korban tidak berteriak dan menghindari saksi mata. Setelah korban diletakkan di tanah, Jack akan menggorok leher korban. Hal ini terlihat dari cipratan darah yang mengalir ke samping atau bawah korban. Menurut polisi, teknik pembunuhan ini sangat menguntungkan Jack karena ia tidak akan terkena cipratan darah.
Setelah tewas, korban lantas dimutilasi. Dari kebanyakan kasus, ginjal dari jenazah korban sudah tidak ada. Menurut ahli medis, Jack sangat memahami cara memotong ginjal tanpa merusak organ lainnya. Di kalangan pembunuh, pengambilan organ tubuh adalah "piala" yang patut dibanggakan.
Pembunuhan sadis ini melahirkan beragam spekulasi tentang siapa sesungguhnya si Jack. Sempat ada dugaan bahwa dia adalah orang-orang penting pada zaman itu. Misalnya, cucu Ratu Victoria, Prince Albert Victor, pelukis terkenal Walter Sickert, dan mantan Perdana Menteri Liberal William Gladstone.
Dari sekian banyaknya korban, kematian Catherine Eddowes menjadi kunci penemuan identitas Jack. Syal yang dikenakan Eddowes pada 126 tahun lalu ternyata masih menyimpan DNA Kosminski, yaitu dari sperma yang terciprat pada syal, dan merujuk pada identitas Kosminski.
Dikutip dari Casebook.org, pada 1888 hingga 1891, kematian sebelas wanita di sekitar Whitechapel, distrik kecil di London timur, membuat polisi menggelar investigasi dengan sandi "Pembunuh Whitechapel". Tujuh korban tewas dengan leher terputus dan empat lainnya dimutilasi. Kepala Inspektur Donald Swanson, yang mengepalai penyelidikan, telah mengantongi satu nama, yaitu Kosminski. (Baca: Identitas Jack the Ripper Akhirnya Terungkap)
Dari kasus "Pembunuh Whitechapel", polisi menemukan kemiripan pola penyerangan dalam beberapa kasus sebelumnya. Jack akan berhadapan langsung dengan korban dan segera menyergapnya. Jack akan mencekik korban agar tidak bisa napas hingga mati. Beberapa peneliti kasus Jack juga menyebut Jack melakukan anal seks dengan korban setelah membuat mereka pingsan.
Pencekikan hingga mati itu dilakukan agar korban tidak berteriak dan menghindari saksi mata. Setelah korban diletakkan di tanah, Jack akan menggorok leher korban. Hal ini terlihat dari cipratan darah yang mengalir ke samping atau bawah korban. Menurut polisi, teknik pembunuhan ini sangat menguntungkan Jack karena ia tidak akan terkena cipratan darah.
Setelah tewas, korban lantas dimutilasi. Dari kebanyakan kasus, ginjal dari jenazah korban sudah tidak ada. Menurut ahli medis, Jack sangat memahami cara memotong ginjal tanpa merusak organ lainnya. Di kalangan pembunuh, pengambilan organ tubuh adalah "piala" yang patut dibanggakan.
Pembunuhan sadis ini melahirkan beragam spekulasi tentang siapa sesungguhnya si Jack. Sempat ada dugaan bahwa dia adalah orang-orang penting pada zaman itu. Misalnya, cucu Ratu Victoria, Prince Albert Victor, pelukis terkenal Walter Sickert, dan mantan Perdana Menteri Liberal William Gladstone.
Dari sekian banyaknya korban, kematian Catherine Eddowes menjadi kunci penemuan identitas Jack. Syal yang dikenakan Eddowes pada 126 tahun lalu ternyata masih menyimpan DNA Kosminski, yaitu dari sperma yang terciprat pada syal, dan merujuk pada identitas Kosminski.