Orang beragama pada umumnya masih fokus kepada kehidupan di bumi, tetapi orang percaya sudah memindahkan hati di surga sebelum masuk surga. Bagi orang beragama masuk surga masih spekulasi, masih ada doa “mudah-mudahan direrima di sisi Tuhan”, tetapi dalam kekristenan ke Surga merupakan kepastian. Bagi orang beragama surga adalah masuk keadaan yang menyenangkan, tanpa kerja hanya berpesta ria. Tetapi dalam kekristenan ke surga berarti dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, Raja di atas segala raja untuk melayani Bapa sepanjang masa. Kita bekerja bagi Dia. Untuk bisa dilayakkan, dimuliakan bersama Tuhan Yesus Kristus seseorang harus hidup tidak bercacat dan tidak bercela sejak di dunia ini. Bagi orang beragama pada umumnya keselamatan itu terhindar dari neraka, tetapi bagi orang percaya adalah dikembalikannya manusia ke dalam rancangan semula Allah. Proses dikembalikannya ke rancangan semula ini membangun kepastian keselamatan. Hal ini sama dengan kalau seorang anak rajin belajar akan membangun keyakinan lulus atau naik kelas. Sempai keyakinan tersebut menjadi kepastian. Bukan hanya “percaya” tetapi “tau”.
Fokus kepada kehidupan di Surga akan menghasilkan kepastian keselamatan. Hal ini hrus diperjuangkan, bukan sesuatu yang bisa tumbuh sendiri dalam kehidupan Kristen (Ibr. 6:10-11, 2Ptr. 1:3-11). Kepastian keselamatan bukan hanya diperoleh dengan mengembangkan keyakinan bahwa dirinya pasti selamat, tetapi kepastian keselamatan harus dikembangkan melalui kualitas hidup. Kualitas hidup ini menyangkut karakter, watak, tujuan hidup, dan seluruh warna kegiatan hidup. Banyak orang salah mengerti, mereka berpikir bahwa keyakinan keselamatan akan diperoleh secara otomtis ketika usia meninggi dan tetap hidup sebagai orang Kristen. Dengan ini mereka tidak pernah berusaha dengan serius untuk memiliki kepastian keselamatan ini. Kepastian keselamatan yang dimiliki seseorang akan ditandai dengan beberapa hal, paling tidak hal-hal ini: Pertama, karakter Ilahi semakin bertumbuh nyata dalam kehidupannya. Bukan hanya menjadi orang baik, tetapi sempurna seperti Bapa. Kedua, cara menilai keindahan dunia mulai berubah. Keindahan dunia mulai pudar di matanya. Ia semakin tidak merasa memiliki kesenangan. Ketiga, kesediaan berkorban bagi pekerjaan Tuhan tanpa batas. Baginya melayani bukanlah suatu kewajiban, tetapi seuatu kebutuhan. Keempat, kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Sebaliknya mulai ada gairah terhadap realitas kekekalan. Seiring dengan ini, menantikan perwujudan kehadiran Kerajaan Tuhan Yesus secara fisik. Dengan demikian hatinya mulai dipindahkan ke Kerajaan Sorga. -Solagracia-
Kepastian keselamatan bukan hanya diperoleh dengan mengembangkan keyakinan, tetapi mengembangkan melalui kualitas hidup.