Di dalam Kitab Hosea, Tuhan menyatakan hubungan perjanjianNya dengan umatNya. Hubungan itu digambarkan seperti hubungan suami istri. Allah sebagai suami dan umatNya sebagai istri (Hosea 2:15-18). Hubungan suami-istri adalah hubungan yang sangat intim. Saling tinggal dan saling mengasihi. Hubungan intim adalah hubungan yang penuh dengan persekutuan dan komunikasi, baik dalam keadaan senang maupun susah. Kehidupan Hosea digunakan oleh Tuhan sebagai “drama hidup” untuk menggambarkan “drama kehidupan” hubungan antara Allah dengan umatNya.
Hosea menggambarkan Allah yang mencari manusia yang berzinah, karena menjadi pelacur. Namun Hosea mau menikahi perempuan yang telah menjadi pelacur itu. Demikian Allah mau “menikahi” manusia yang telah “berzinah” dengan dunia dan menyembah berhala. Setelah Gomer menikah dengan Hosea dan memiliki anak, ternyata ia berzinah lagi. Namun Hosea menggambarkan Allah yang penuh kasih pergi mencari Gomer yang sudah melacurkan diri untuk dinikahi lagi (Hosea 3:1-2). Ini adalah gambaran kasih Allah yang begitu luar biasa terhadap kita sebagai umatNya.
IMAM-IMAM MENOLAK KEINTIMAN
“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu,”(Hosea 4:6).
Oleh karena imam-imam menolak pengenalan akan Allah, maka orang-orang Israel binasa karena tidak mengenal Allah. Imam seharusnya mengenal Allah, tapi mengapa mereka tidak mau? Imam di dalam perjanjian lama adalah jembatan / penghubung untuk membawa umat Israel kepada pengenalan akan Allah mereka. Ketika imam-imam tidak berfungsi, maka akibatnya adalah umat Israel binasa karena tidak mengenal Allah. Apa arti pengenalan akan Allah? Pengenalan di sini bukanlah sekedar pengetahuan otak, tetapi hubungan intim, seperti yang digambarkan dalam hubungan suami istri.
Oleh karena imam-imam menolak pengenalan akan Allah, maka orang-orang Israel binasa karena tidak mengenal Allah. Imam seharusnya mengenal Allah, tapi mengapa mereka tidak mau? Imam di dalam perjanjian lama adalah jembatan / penghubung untuk membawa umat Israel kepada pengenalan akan Allah mereka. Ketika imam-imam tidak berfungsi, maka akibatnya adalah umat Israel binasa karena tidak mengenal Allah. Apa arti pengenalan akan Allah? Pengenalan di sini bukanlah sekedar pengetahuan otak, tetapi hubungan intim, seperti yang digambarkan dalam hubungan suami istri.
Kata mengenal dalam bahasa Ibrani berasal dari kata “da’ath,” atau dalam bahasa Yunani “epiginosko” (Yohanes 17:3) yang berarti “hubungan intim.” Dalam Perjanjian Baru, kita sebagai orang-orang percaya adalah imam. Kita adalah imam-imam Allah yang adalah “istrinya” Allah. Jadi, kita harus selalu hidup di dalam perjanjian keintiman dengan Allah, sebagai “suami” kita.
AKIBAT TIDAK ADANYA KEINTIMAN
“Umat-Ku bertanya kepada pohonnya, dan tongkatnya akan memberitahu kepadanya, sebab roh perzinahan menyesatkan mereka, dan mereka berzinah meninggalkan Allah mereka,”(Hosea 4:12).
Kita harus sadar bahwa betapa mengerikannya akibat penolakan imam-imam untuk memiliki pengenalan (keintiman) dengan Allah. Akibat penolakan itu, seluruh bangsa Israel menyembah berhala dan disesatkan oleh roh perzinahan. Inilah perzinahan rohani. Akibat roh ini, umat Tuhan atau “istri” Tuhan menyeleweng dan mempunyai hubungan intim dengan pria-pria lain. Inilah penyembahan berhala. Penyembahan berhala adalah mencintai sesuatu atau seseorang lebih dari Allah, sebagai suaminya. Ketika seorang imam tidak hidup intim dengan Allah, suaminya, maka ia terbuka untuk disesatkan oleh roh perzinahan. Ia pasti akan melakukan perzinahan rohani.
BERHALA PALING FAVORIT
Ketika seorang imam meninggalkan keintimannya dengan Allah, ia akan mencari berhala-berhala untuk disembah dalam keintiman. Ada 3 berhala yang paling favorit, yaitu: diri sendiri, mamon (uang), dan seks. Itulah sebabnya Paulus menyebut ketiga hal tersebut sebagai penyembahan berhala.
“Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,” (Kolose 3:5).
Perhatikan bahwa, kelima hal di atas dapat dikelompokkan ke dalam:
1. Percabulan dan kenajisan (berkaitan dengan seks)
2. Hawa nafsu dan nafsu jahat (berkaitan dengan ego / diri sendiri)
3. Keserakahan (berkaitan dengan mamon / uang)
1. Percabulan dan kenajisan (berkaitan dengan seks)
2. Hawa nafsu dan nafsu jahat (berkaitan dengan ego / diri sendiri)
3. Keserakahan (berkaitan dengan mamon / uang)
Jadi, ketika kita tidak lagi intim dengan Allah, maka roh perzinahan akan bekerja dan menyesatkan kita untuk melakukan penyembahan berhala, khususnya terhadap ketiga berhala itu. Ketiga berhala inilah yang menyebabkan dosa-dosa dalam hidup kita dan mengakibatkan kehancuran.
PERZINAHAN DAN PERCABULAN
“Mereka mempersembahkan korban di puncak gunung-gunung dan membakar korban di atas bukit-bukit, di bawah pohon besar dan pohon hawar dan pohon rimbun, sebab naungannya baik. Itulah sebabnya anak-anakmu perempuan berzinah dan menantu-menantumu perempuan bersundal,”(Hosea 4:13).
Marilah kita kembali ke kitab Hosea. Akibat menyembah berhala, maka umat Allah dan generasi selanjutnya melakukan dosa perzinahan dan persundalan. Hal inilah yang terjadi pada generasi kita sekarang. Kita hidup pada masa di mana banyak orang Kristen, terutama generasi muda terikat dengan dosa seksual, seperti: pornografi, pornoaksi, masturbasi, dan dosa-dosa seksual lainnya.
GERAKAN KEINTIMAN DENGAN ALLAH
Apakah solusi dari penyembahan berhala dan dosa-dosa seksual? Tak ada solusi yang lebih tepat, selain kita kembali kepada akar permasalahannya, yaitu tidak adanya keintiman dengan Allah. Keintiman dengan Allah adalah kunci keberhasilan seorang imam untuk hidup berkemenangan dan menghasilkan buah. Keintiman dengan Allah disebut sebagai “hidup oleh Roh.” Dengan keintiman kita pasti tidak akan mengikuti pikiran-pikiran daging yang telah tertanam di dalam pikiran bawah sadar kita (Roma 8:5, 13-14; Galatia 5:16-23). Dengan keintiman, kita melakukan pembaharuan pikiran, sehingga pikiran-pikiran jahat / negatif yang terkubur di memori bawah sadar kita disingkirkan dan diganti dengan pikiran-pikiran roh. Hanya melalui keintiman (hidup oleh Roh), maka kita bisa terus-menerus menonaktifkan pikiran-pikiran jahat / negatif di memori bawah sadar kita.
Melalui saat teduh bulan November ini, kita akan mempersiapkan hati yang intim dengan Tuhan, supaya kita siap menyongsong kegerakan apostolik yang besar, yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepada kita di depan. Pada akhir tahun ini, Tuhan akan memberikan kita visi apostolik yang dahsyat untuk kota-kota dan bangsa-bangsa. Marilah kita masuk ke dalam kegerakan keintiman di bulan November dan siap menerima curahan visi apostolikNya bagi kita di akhir tahun ini.
(Ir. Eddy Leo, M. Th, penatua jemaat Abbalove Ministries. )