Monday, April 8, 2013

TANJUNG PRIOK BERDARAH II (14 APRIL 2010) Akibat Sistem Rusak

TANJUNG PRIOK BERDARAH II (14 APRIL 2010) Akibat Sistem Rusak

Pada tahun 1984 silam Tanjung Priok menjadi ajang pembantaian aparat terhadap umat Islam, hingga seorang pemadam kebakaran harus membersihkan darah umat Islam yang tingginya hampir se-mata kaki (sabili). Lagi-lagi umat Islam di dzalimi oleh bobroknya system negeri ini, lagi-lagi umat Islam lah yang notabene penduduk mayoritas negeri ini harus menjadi korban. Bukan hanya di Tj Priok tetapi pembantaian seperti itu terjadi di darah-daerah lain seperti Lampung, Ambon, Poso dll.
14 April 2010 kemarin, kembali umat Islam harus menelan kejamnya system ini. Ribuan warga kembali bentrok dengan aparat yang memakan 2 korban tewas dan ratusan luka-luka. Penyebabnya hampir sama dengan tragedy Tj. Priok pertama pada tahun 1984, yaitu pelecehan agama oleh aparat. Kalau Tj Priok I disebabkan oleh seorang aparat yang masuk ke mesjid tanpa membuka alas kaki, kalau Tj. Priok II aparat atas izin pemerintah membongkar makam leluhur salah satu penyebar agama Islam di Jakarta yaitu makam Mbah Priok atau Habib Hassan Bin Muhammad Al Hadad untuk dijadikan taman.
Tanah makam Mbah Priok itu menjadi sengketa antara pihak ahli waris dengan PT. Pelindo. Pihak ahli waris memberikan bukti sertifikat kepemilikan tanah tersebut, namun hakim berbicara lain. Di persidangan pihak ahli waris dinyatakan kalah, dan diketuklah palu bahwa tanah itu milik Pt. Pelindo.
PT. Pelindo mengirim pasukan POL-PP ke lokasi untuk melakukan penggusuran atas areal makam tersebut. Dan pada saat itu pula warga tersulut amarahnya atas kehadiran aparat POL-PP puluhan truk dan alat-alat berat di lokasi makam yang mereka keramatkan tersebut. Warga menolak keputusan pengadilan yang memenangkan PT. Pelindo atas kepemilikan areal tersebut.
Situasi makin memanas ketika Ulama yang berada di lokasi menawarkan perundingan kembali dengan POL-PP, namun salah satu petinggi POL-PP menolak hal itu dan berbicara dengan nada menantang. “Tidak mau, kami mau perang”. Perkataan itu di perkuat oleh Habib Rizieq Sihab Ketua FPI pusat dalam sebuah acara berita petang di Tv One. Beliau juga mengatakan akan memberi identitas oknum POL-PP tersebut jika dibutuhkan.
Perkataan itulah yang kemudian membuat amarah warga semakin memuncak, yang akhirnya terjadilah bentrok fisik antara warga dan aparat yang mengakibatkan 3 aparat POL-PP tewas dan ratusan lainnya luka-luka serta kerugian yang besar di pihak POL-PP. Pagi tadi detik.com menyebutkan POL-PP rugi 22M dari tragedy berdarah tersebut. Berikut rinciannya ;
1. Truk : 24 unit x Rp 295.800.000= Rp 7.099.200.000
2. Operasional Panther : 43 unit x Rp 225.500.000 = Rp 9.696.500.000
3. Operasional KIA Pick Up : 14 unit x Rp 727.500.000 = Rp 1.785.000.000
4. Kendaraan Komando : 2 unit x 226.725.454 = Rp 453.450.000
5. Kijang : 2 unit x Rp 120.000.000 = Rp 240.000.000
6. Sepeda Motor Trail : 1 unit x 24. Rp 499.000 = Rp 24.499.000
7. Helm Antihuruhara : 575 x Rp 500.000 = Rp 287.500.000
8. Tameng Antihuruhara : 575 x Rp 979.000 = Rp 562.925.000
9. Rompi Pulset : 575 buah x Rp 4.888. 000 = Rp 2.806.000.000
Total Rp 22. 955.074.000 (detik.com)

Ada kesamaan kronologi pada kasus Tj.Priok I dan II. Daerah konflik terjadi di daerah yang sama yaitu Koja. Pada kasus Tj. Priok I warga bergerombol pergi ke Polres dan kodim untuk mengadakan musyawarah terkait pelecehan agama yang dilakukan oleh ABRI pada saat itu. Namun di tengah jalan mereka di hadang pasukan ABRI bersenjata lengkap lalu menembaki mereka dengan membabai buta. Kata-kata kasar seperti yang diucapkan oleh oknum POL-PP pun keluar pada kasus Tanjung Priok 1984. Seorang komandan ABRI berteriak “Bangsat…peluru abis. Anjing-anjing ini masih banyak”. Skenario apa ini? Adakah isu SARA dibalik konflik ini? Benarkah aparat akan mengulang tragedi Priok I?
Bermacam versi kronologis kejadian pun keluar setelah konflik mereda, ada yang bilang bahwa POL-PP di serang duluan oleh warga, ada juga yang berkata sebaliknya. Namun jika mendengar keterangan yang sampaikan oleh Habib Rizieq pada Tv One yang mengatakan bahwa POL-PP tidak mau berunding dan malah menantang perang, maka jelaslah siapa yang pertama melakukan penyerangan.
Ada yang bilang masyarakat salah paham, Makam Mbah Priok itu tidak akan di gusur tapi akan diperindah. Tapi apakah ada keluar kata2 itu sebelum bentrok terjadi? Kalau saja benar bahwa makam Mbah Prik itu akan direnovasi, rasanya tidak perlu ribuan POL-PP berpakaian anti huru-hara lengkap beserta alat-alat berat itu turun ke lokasi. Maka keterangan pemerintah yang mengatakan bahwa makan Mbah Priok itu akan di renovasi terkesan dibuat hanya untuk menutup-nutupi kesalahan saja.
Pemerintah bertanggungjawab atas tragedi ini. Karena ketuk palu hakim atas rekomendasi pemerintah. Tragedi semacam ini takan terjadi jika saja pemerintah tidak serakah dan tidak selalu berorientasi UANG.
Hal konyol terjadi setelah tragedi ini mereda. Aparat malah saling menyalahkan, POLRI dan DPR-RI menyalahkan POL-PP, POL-PP menyalahkan POLRI dan Komnas HAM. Mereka tidak mau bertanggungjawab atas keputusan yang menjadi bumerang bagi mereka ini.
Penyebab lain tragedi ini adalah Menurut surat kabar media Indonesia, ada 4 penyebab tragedy seperti ini terjadi.
1. tidak terlihat peningkatan yang sungguh-sungguh pada komitmen negara mencintai rakyatnya.
2. betapa buruknya negara menjalankan resolusi problem
3. terjadi distrust yang parah terhadap peraturan karena semakin hari semakin jelas bahwa penegakan hukum di negeri ini sangatlah manipulative
4. buruknya civic education. Negara lalai mendidik warga agar memiliki disiplin (Media Indonesia)
Penyelesaian masalah
Pemerintah dan kita semau harus mau mengakui bahwa system di negeri ini adalah system buatan manusia yang sudah di pastikan KESALAHANNYA. Jangan heran kalo ada istilah REVISI UNDANG-UNDANG, itu menunjukan bahwa sitem dan undang-undang hidup negeri ini tidak sempurna. Kita tidak boleh dan tidak bisa menyangkal bahwa sudah ada hukum dan undang-undang yang maha sempurna yang telah diberikan untuk kita oleh Sang Pencipta. Tidak ada keraguan di dalamNya. Lalu kenapa harus menunggu lama untuk menegakannya?
Kita masih miris melihat penggusuran2 PKL dll yang dilakukan oleh aparat. Dengan kejinya mereka merusak dan menghancurkan sumber pendapatan rakyat kecil itu, hanya dengan alasan “keindahan kota”..konyol sekali bukan?? Tragedy Priok berdarah II ini bisa dikatakan ajang pembalasan rakyat kepada aparat POL PP.
Demikian bencinya rakyat kepada aparat, dikarenakan kinerjanya yang sewenang-wenang, semau perutnya. Kenapa penangkapan terhadap masa dilakukan dengan terbuka tetapi oknum2 aparat selalu di tutup-tutupi? Malukah?? Tidak perlu malu, kami semua sudah tahu bagaiman bobroknya aparat di negeri ini.

foto-foto Tragedi Priok Berdarah II (APARAT VS RAKYAT)




About these ads
Powered By Blogger