Kalau mereka benar-benar membaca sumber-sumber tersebut dengan teliti, maka mereka akan menyadari bahwa sumber-sumber tersebut percaya bahwa pengajaran tentang Trinitas, adalah suatu doktrin yang benar. Kalau mereka membaca dengan teliti akan sumber-sumber tersebut dan tetap memberikan kesimpulan yang mendukung doktrin mereka (tidak percaya akan Trinitas), maka ini adalah suatu perbuatan yang tidak jujur. Ketidakjujuran ini terlihat dari pengutipan sumber-sumber yang tidak disertai dengan standar pengutipan, tanpa halaman, sehingga akan sangat sulit bagi pembaca yang ingin mengecek kebenaran tersebut.
Artikel ini akan mencoba menelusuri sumber-sumber yang digunakan dalam brosur Saksi Yehuwa dan melihat konteks secara keseluruhan dari sumber-sumber yang diberikan, sehingga terlihat secara jelas bahwa beberapa sumber yang dikutip percaya akan doktrin Trinitas. Alur dari artikel ini akan mengikuti alur dari brosur Saksi Yehuwa. Secara bertahap artikel ini akan menjawab keberatan-keberatan mereka mengenai ajaran Trintas. Mari sekarang kita menganalisanya satu-persatu.
Untuk mempermudah pembahasan, maka saya akan membedakan warna tulisannya: kutipan dari brosur Saksi Yehuwa saya beri warna biru, dan kutipan selengkapnya saya beri warna hitam atau merah untuk memberikan penekanan.
I. Di Luar Jangkauan Akal Manusia
Brosur dari Saksi Yehuwa di bagian ini mencoba untuk memberikan suatu persepsi bahwa ada begitu banyak kebingungan di dalam kalangan gereja tentang Trinitas, yang kemudian disimpulkan bahwa Trinitas tidak dapat dimengerti, karena di luar jangkauan akal manusia. Mereka mencoba untuk mengutip beberapa sumber tanpa melihat konteks keseluruhan dari sumber yang dikutip. Namun, kalau kita mau membaca masing-masing kutipan secara keseluruhan, dalam keterbatan pemikiran manusia, para teolog mencoba untuk mengerti kehidupan pribadi Allah, yaitu Allah yang satu dalam tiga Pribadi. Dan pembahasan para teolog berdasarkan wahyu Allah sendiri, yaitu Kitab Suci dan filosofi. Wahyu Allah ini tidaklah bertentangan dengan akal budi, yang terbukti bagaimana para teolog memberikan penjelasan Trinitas dengan menggunakan filosofi. Mari kita melihat satu-persatu dari kutipan-kutipan yang diambil oleh Saksi Yehuwa:1) Dikatakan “KEBINGUNGAN ini tersebar luas. The Encyclopedia Americana mengatakan bahwa Tritunggal dianggap “di luar jangkauan akal manusia.”
a) Kalimat lengkapnya adalah sebagai berikut
“Hal ini [doktrin Trinitas] dipercaya, walaupun
doktrin tersebut adalah di luar
jangkauan akal manusia, seperti banyak formula-formula di dalam
ilmu fisik, bukanlah berlawanan
dengan akal dan dapat dimengerti (walaupun mungkin tidak dapat dipahami)
dengan akal manusia” (Encyclopedia Americana, Trinity,
hal.116).
Kalau orang membaca sekilas
kutipan dari mereka, yang hanya mengutip penggalan kalimat “di luar jangkauan akal manusia“,
maka seolah-olah Trinitas menjadi tidak mungkin dipahami sama sekali
dan oleh karena itu adalah salah. Namun, bukan itu yang dikatakan oleh
Encyclopedia Americana. Dalam ensiklopedia ini dikatakan bahwa walaupun
mungkin Trinitas sulit dipahami dengan akal manusia, sama seperti
teori-teori dalam ilmu fisik, namun Trinitas bukanlah bertentangan
dengan akal manusia. Untuk itu, silakan membaca artikel tentang Trinitas
di sini (silakan
klik).
Bahwa memang doktrin
Trinitas sulit dimengerti adalah sesuatu yang dapat diterima, karena
dalam merangkan tentang Trinitas, kita mencoba mengungkapkan kehidupan
Pribadi Allah. Siapakah manusia yang dapat mengerti secara persis
kehidupan Pribadi Allah? Tanpa wahyu Ilahi, terutama dalam Perjanjian
Baru, akan sulit untuk mencapai pengetahuan bahwa Allah adalah satu
Substansi (substance) dalam tiga Pribadi (person).
Namun, bukan berarti Trinitas sama sekali tidak dapat dimengerti oleh
pemikiran manusia, apalagi dengan sumber wahyu Ilahi. Silakan membaca
artikel tersebut untuk melihat pembahasan lebih detail tentang Trinitas.
2)
Dikatakan “Banyak orang yang
menerima Tritunggal menganggapnya demikian. Monsignor Eugene Clark
berkata: “Allah itu satu, dan Allah itu tiga. Karena tidak ada ciptaan
yang seperti ini, kita tidak dapat mengertinya, tetapi menerimanya saja.”
a) Saya tidak dapat menemukan sumber dari
kutipan ini. Namun, mari kita melihat apa yang dikatakan oleh Monsignor
Eugene Clark, kalau benar dia benar-benar mengatakan kalimat tersebut.
Allah itu satu dalam substansi
dan Allah itu tiga dalam pribadi.
Dalam artikel Trinitas di sini (silakan
klik), dituliskan:
Mari kita
lihat pada diri kita sendiri. ‘Substansi’ (kadang diterjemahkan sebagai
hakekat/ kodrat) dari diri kita adalah ‘manusia’. Kodrat sebagai manusia
ini adalah sama untuk semua orang. Tetapi jika kita menyebut ‘pribadi’
maka kita tidak dapat menyamakan orang yang satu dengan yang lain,
karena setiap pribadi itu adalah unik. Dalam bahasa sehari-hari, pribadi
kita masing-masing diwakili oleh kata ‘aku’ (atau ‘I’
dalam bahasa Inggris), di mana ‘aku’ yang satu berbeda dengan ‘aku’
yang lain. Sedangkan, substansi/ hakekat kita diwakili
dengan kata ‘manusia’ (atau ‘human’). Analogi
yang paling mirip (walaupun tentu tak sepenuhnya menjelaskan misteri
Allah ini) adalah kesatuan antara jiwa dan tubuh dalam diri kita. Tanpa
jiwa, kita bukan manusia, tanpa tubuh, kita juga bukan manusia. Kesatuan
antara jiwa dan tubuh kita membentuk hakekat kita sebagai manusia, dan
dengan sifat-sifat tertentu membentuk kita sebagai pribadi.
Dengan prinsip yang sama, maka di dalam
Trinitas, substansi/hakekat yang ada adalah satu, yaitu Tuhan, sedangkan
di dalam kesatuan tersebut terdapat tiga Pribadi: ada tiga ‘Aku’, yaitu
Bapa. Putera dan Roh Kudus. Tiga pribadi manusia tidak dapat menyamai
makna Trinitas, karena hakekat ketiga manusia itu tidak persis sama
sempurna, sedangkan pada ketiga Pribadi Allah yang Maha Sempurna,
hakekat-Nya adalah sempurna, sehingga ketiganya membentuk kesatuan yang
sempurna. Yang membedakan Pribadi yang satu dengan yang lainnya hanyalah
terletak dalam hal hubungan timbal balik antara ketiganya.
b) Dengan
pembedaaan antara substansi (whatness) dan pribadi (who),
maka kita dapat menerima bahwa Allah itu satu (substansi) namun tiga
(Pribadi). Sesuatu dikatakan bertentangan kalau “sesuatu adalah “ya”
dan “tidak” dalam waktu yang sama dan dengan cara yang sama“.
Karena satu dan tiga dalam Trinitas bukanlah hal yang sama – karena
merujuk pada Substansi dan Pribadi – maka pernyataan tersebut tidaklah
salah.
c) Perkataan “kita tidak
dapat mengertinya“, bukan berarti bahwa Trinitas bertentangan
dengan akal budi, sama seperti kadang kala kita tidak mengerti
teori-teori fisika. Namun bukan berarti bahwa kalau kita tidak mengerti
maka hal tersebut salah. Kalau demikian prinsipnya, maka kebenaran
menjadi sesuatu yang relatif, karena dasarnya adalah menjadi sesuatu
yang relatif, yaitu berdasarkan pengertian kita masing-masing. Kalau
dikatakan “tetapi menerimanya saja”, bukan berarti bahwa kita menerima
doktrin Trinitas secara membabi buta. Kita menerima doktrin Trinitas,
karena memang tidak bertentangan dengan akal budi. Yang lebih penting
lagi, karena hal tersebut diwahyukan oleh Tuhan sendiri. Karena Tuhan
tidak mungkin berbohong, maka Tuhan senantiasa menyampaikan kebenaran.
Dengan demikian, adalah sesuatu yang bijak kalau kita menerima kebenaran
wahyu Ilahi.
3) Dikatakan “Kardinal John O’Connor berkata: “Kami tahu ini suatu misteri yang
sangat dalam, yang sama sekali tidak kita mengerti.””Kembali, kutipan mereka tidak disertai dengan sumber yang memadai sehingga sulit untuk mencari kebenarannya. Apakah benar Kardinal John O’Connor mengatakan demikian? Apakah dengan perkataaannya, maka dia tidak perlu lagi berkotbah tentang Trinitas, karena Trinitas adalah misteri yang sangat dalam dan sama sekali tidak kita mengerti? Saya mengundang pembaca untuk membandingkannya sendiri:
a) Dalam kotbahnya “Pastoral Reflections on the Holy Sacrifice of
the Mass” (silakan
klik), dia mengatakan “The reality is that everything the
Church teaches rises or falls on the basis of both who Jesus is and
who he said he is. If he is
not the Son of the Living God; if he is not the Second Person of the
Blessed Trinity, equal to the Father and to the Holy Spirit; if he did
not become man; if he did not suffer and die for us; if he did not rise
from the dead, then everything the Church teaches, everything we
believe, is vain and empty, “a tale told by an idiot,” as
Shakespeare’s Macbeth calls life itself, “filled with sound and fury,
signifying nothing.“
b) Dalam
kotbahnya “Trinity Sunday” (silakan klik), dia
memberikan sub-judul “Sebuah homili tentang misteri iman dimana
banyak orang telah meninggal karena mempertahankannya” Apakah orang
yang sama (Kardinal John O’Connor) dapat mengatakan “Trinitas adalah misteri yang sangat
dalam dan sama sekali tidak kita mengerti? tanpa penjelasan
lebih lanjut?
Di kotbah tersebut, dia
mengatakan “So it is with all of the things in this world. We
choose the movies we go to. We choose our friends. This is
understandable because we are human beings. But we are created for
eternal life. So to think that the life of God does not matter, to think
that all that matters is what this world has to teach us, all that
matters is what we can measure, what we can see, what we can hear, would
be a denial of our own being. We are social beings. We are made to live
in harmony with others. Nations are made to live in harmony with
others. Why? Because we are told we are made in the image and likeness
of God. But God is a Trinity, with the three persons, Father, Son and
Holy Spirit, living in perfect harmony, unable to be separated from one
another but distinct from one another. Do I understand that? Not for a tenth of a second. But at least I have a sense of what
Christ taught, and it was of infinite importance to him because he
suffered and died for it. Consequently, it has to be important to me. It
has to be important to us as Catholics.“
Lebih lanjut, Kardinal mengatakan “We
can not pick and choose. We can not say about the teaching on the
Trinity, the Father, the Son and the Holy Spirit, “Who understands it?
What is its importance? Is it going to bring me my lunch today? Is it
going to affect my daily life?” We
can not simply pick and choose, most especially we are talking about
the bedrock of our faith.“
Ini berarti, Kardinal sendiri mengatakan bahwa walaupun sulit
untuk mengerti Trinitas, namun tidak berarti bahwa sama sekali tidak
dapat dimengerti oleh akal budi manusia, dan terutama karena Trinitas
adalah dasar iman Katolik, maka umat Katolik harus belajar untuk
mengerti misteri ini dengan baik.
4) Dikatakan “Dan Paus Yohanes Paulus II berkata
mengenai “misteri yang tidak dapat dimengerti tentang Allah Tritunggal.””
a) Kembali, mereka tidak memberikan sumber
yang memadai. Kalau saya mencari dengan alat pencarian, Paus Yohanes
Paulus II, di dalam dokumen Gereja mengutip kata “Trinitas” sebanyak 113
kali. Dan di dalam homilinya, beliau mengutip kata “Trinitas” sebanyak
263 kali.
b) Dalam Apostolik Letter
“Tertio Millennio Adveniente” paragraf 1, dia mengatakan “1. AS THE
THIRD MILLENNIUM of the new era draws near, our thoughts turn
spontaneously to the words of the Apostle Paul: “When the fullness of
time had come, God sent forth his Son, born of woman” (Gal 4:4).
The fullness of time coincides with the mystery of the Incarnation of
the Word, of the Son who is of one being with the Father, and with the
mystery of the Redemption of the world. In this passage, St. Paul
emphasizes that the on of God was born of woman, born under the Law, and
came into the world in order to redeem all who were under the Law, so
that they might receive adoption as sons and daughters. And he adds:
“Because you are sons, God has sent the Spirit of his Son into our
hearts, crying ‘Abba! Father!’” His conclusion is truly comforting: “So
through God you are no longer a slave but a son, and if a son then an
heir” (Gal 4:6-7).
Paul’s presentation of the mystery of
the Incarnation contains the revelation of the mystery of the Trinity
and the continuation of the Son’s mission in the mission of the Holy
Spirit. The Incarnation of the Son of God, his conception and
birth, is the prerequisite for the sending of the Holy Spirit. This text
of St. Paul thus allows the fullness of the mystery of the Redemptive
Incarnation to shine forth.“
c)
Pada tanggal 30 Desember 1988 dalam kotbahnya “FEAST OF THE HOLY FAMILY,
The family on mission is a reflection of the mission
of the Holy Trinity” dia mengatakan:
of the Holy Trinity” dia mengatakan:
“We are
in the Christmas season. In this period we relive in faith the great
divine mystery, the mystery of
the Holy Trinity on mission. It was known, and is confirmed,
that God is one and unique.
We can also accept what Paul said when he spoke on the Areopagus, that
God is that absolute, that spiritual being in whom we live, and move,
and have our being. However, the profound reality of the Triune God: Father, Son and Holy
Spirit, was not known before, and is still accepted by many with
difficulty. It is precisely he, the Triune God, in whom we live, and
move, and have our being. He, Trinity on mission, is not only an
absolute being, supreme over all, but it is the Father in his infinite,
inscrutable reality, who
generates, generates from eternity without beginning his Word. With his Word he lives the
ineffable mystery of Love, which is a Person, not merely an affection, not
merely an interpersonal relationship; it is a Person Spirit, the
spiration of Love.“
d) Dan masih
begitu banyak kutipan dan pengajaran tentang Trinitas dari Paus Yohanes
Paulus II. Apakah dengan demikian kata Trinitas yang dikutipnya sebanyak
hampir 300 kali dalam dokumen dan kotbahnya sama sekali tidak
dimengerti dan tidak dapat diterangkan?
5) Dikatakan “A Dictionary of Religious Knowledge
berkata: “Tepatnya apa doktrin itu, atau bagaimana hal itu harus
dijelaskan, para penganut Tritunggal pun tidak mencapai kata sepakat di
antara mereka sendiri.””
a)
Kalau kita melihat dalam konteks, maka dalam kutipan tersebut dikatakan
“Namun demikian, adalah
sesuatu yang pasti, bahwa dari masa apostolik, mereka telah menyembah
Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus, menyebut mereka [Trinitas] di dalam
doa mereka, dan memasukkan mereka [Trinitas] dalam doksologi mereka.”
…. Tepatnya apa doktrin itu,
atau bagaimana hal itu harus dijelaskan, para penganut Tritunggal pun
tidak mencapai kata sepakat di antara mereka sendiri.”…secara penuh. Alkitab
mempresentasikan Tuhan kepada kita sebagai Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Alkitab mempresentasikan mereka [pribadi di dalam Trinitas] sebagai
pribadi yang mempunyai derajat yang sama, yang layak untuk mendapatkan
penghormatan, kasih, dan kesetiaan tertinggi dari kita. “Adalah
tidak mungkin bagi akal manusia untuk mengerti kodrat Ilahi ” (A
Dictionary of Religious Knowledge”, Lyman Abbott, 1875, p. 944, as
quoted in, Should you believe the Trinity?, Watchtower publication)“
b) Dalam buku yang sama juga disebutkan
suatu kepastian bahwa jemaat awal telah menyembah Allah Bapa, Putera dan
Roh Kudus. Dan juga Alkitab mempresentasikan Tiga Pribadi dengan
derajat yang sama. Dengan demikian, adalah suatu kenyataan bahwa pada
masa apostolik, mereka telah mengimani Trinitas. Dan adalah wajar, kalau
pada masa-masa awal, sebelum Trinitas mendapatkan definisi yang resmi,
maka ada orang-orang yang mencoba mendefinisikan secara tidak persis,
sehingga timbul banyak kesalahpahaman. Namun, kalau ada kesalahpamahan,
bukan berarti bahwa doktrin tersebut adalah tidak benar.
6)
Dikatakan di dalam brosur tersebut “Maka, kita dapat mengerti mengapa New Catholic Encyclopedia
berkata: “Hanya sedikit diantara guru-guru teologi Tritunggal di
seminari-seminari Katolik Roma yang pada suatu waktu tidak dipojokkan
oleh pertanyaan, ‘Tetapi bagaimana kita akan berkhotbah tentang
Tritunggal?’ Dan jika pertanyaan itu merupakan gejala kebingungan di
pihak para siswa, kemungkinan hal itu juga merupakan gejala kebingungan
yang serupa di pihak guru-guru mereka.””
a) Kembali, sumber kutipan tidak disebutkan
secara terperinci. Kalau dikatakan bahwa ada banyak murid yang bertanya
tentang bagaimana cara berkotbah tentang Trinitas, maka hal tersebut
bukanlah sesuatu yang salah. Pertama, karena memang doktrin ini
mempunyai suatu kompleksitas tersendiri, namun bukanlah sesuatu yang
tidak mungkin diterangkan. Sama seperti banyak murid yang bertanya
kepada professornya bagaimana untuk menerangkan quantum mechanics.
Apakah kalau sulit diterangkan, maka quantum mechanics tidak benar?
Apakah kalau seseorang sulit menerangkan Trinitas, maka ajaran ini
dianggap tidak benar? Apalagi kalau ajaran ini didukung oleh wahyu Allah
dan juga para jemaat Kristen yang percaya akan ajaran ini dari generasi
ke generasi. Tulisan Bapa Gereja dan konsili-konsili dari waktu ke
waktu mengajarkan doktrin Trinitas secara terus menerus.
b) Kesimpulan yang menyatakan bahwa
kebingungan para siswa menjadi juga kebingungan yang serupa di pihak
guru-guru mereka adalah logika yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Terapkan ini pada pelajaran quantum mechanics, kalau para murid bingung,
maka artinya professornya bingung. Kebingungan para murid tentang
Trinitas, memang dikarenakan kedalaman misteri dari Trinitas atau
Tritunggal Maha Kudus. Namun, bukan berarti kedalaman misteri ini
bertentangan dengan akal budi dan sama sekali tidak dapat diterangkan
dengan menggunakan bukti-bukti dari wahyu Allah dan filosofi.
c) Lebih lanjut dalam point yang sama,
dikatakan “Kebenaran dari
pernyataan di atas dapat dibuktikan dengan mengunjungi suatu
perpustakaan dan memeriksa buku-buku yang mendukung Tritunggal. Tak
terhitung banyaknya halaman yang ditulis dalam upaya untuk
menjelaskannya. Namun, setelah bersusah payah memeriksa istilah-istilah
teologi yang membingungkan dan penjelasannya, para peneliti masih tetap
tidak puas.“
Kalau saya
menggunakan logika yang sama, maka saya dapat mengatakan karena di
perpustakaan begitu banyak buku yang membahas tentang “cinta” dan dari
koleksi jaman tertua sampai jaman modern, para pakar cinta mempunyai
begitu banyak definisi dan banyak yang tidak setuju akan definisi cinta,
maka banyak pakar yang memakai istilah-istilah filosofi yang
membingungkan, yang pada akhirnya tidak memberikan kejelasan kepada
semua orang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan “cinta” itu tidak ada.
Silakan menilai sendiri argumentasi ini.
Fakta bahwa cinta itu ada tidaklah dapat dipungkiri. Namun, bahwa
sulit untuk mendefinisikan cinta, bukan berarti menghapuskan keberadaan
cinta itu sendiri. Bahwa Trinitas adalah wahyu Allah tidaklah dapat
dipungkiri, yang didukung dengan Alkitab, tulisan jemaat perdana,
konsili-konsili. Bahwa sulit untuk menjelaskannya, tidak mengaburkan
kebenaran ini, namun hanya menyadarkan kita bahwa Trinitas memang suatu
misteri Allah, yang walaupun sulit dimengerti tetapi tidak bertentangan
dengan akal budi.
7) Dikatakan “Mengenai ini, imam Yesuit Joseph Bracken mengatakan dalam
bukunya What Are They Saying About the Trinity?: “Para imam yang dengan
cukup banyak upaya telah mempelajari…Tritunggal selama tahun-tahun
mereka di seminari tentu saja ragu-ragu untuk menyampaikannya kepada
jemaah mereka dari mimbar, bahkan pada hari Minggu. Tritunggal… Untuk
apa seseorang akan membuat umatnya bosan dengan sesuatu yang pada
akhirnya pun tidak akan mereka mengerti dengan benar?”
a) Kalau kita melihat kutipan seluruhnya
adalah “Para imam yang dengan cukup banyak upaya telah mempelajari penjelasan tomistik (diambil
dari St. Thomas Aquinas, yang menggabungkan antara filosofi dan
teologi) dari Trinitas selama tahun-tahun mereka di seminari ….dstnya.”
Jadi, imam Yesuit tersebut tidak mengatakan bahwa penjelasan Trinitas
tidak perlu untuk dipelajari yang menimbulkan kebingungan umat. Yang
ingin disoroti oleh penulis ini adalah salah satu metode untuk
menerangkan Trinitas dengan presisi, dengan menggunakan metode St.
Thomas Aquinas, memang tidak mudah dimengerti. Hal ini dapat dimaklumi,
karena semakin presisi suatu penjelasan, maka semakin dibutuhkan
definisi-definisi yang tepat, seperti: hakekat (substance),
pribadi (person), appropriation, dll. Bandingkan
seseorang yang mencoba untuk menerangkan tentang quantum mechanics atau
suatu teori kimia kepada orang awam. Kalau diinginkan menerangkan dengan
dalam, maka dibutuhkan definisi-definisi dari disiplin ilmu tersebut
(seperti rumus kimia dalam disiplin ilmu kimia), yang harus diakui tidak
semua orang tahu.
b) Dilanjutkan “Ia juga berkata: “Tritunggal
adalah soal kepercayaan formal, namun hal itu hanya sedikit atau tidak
[berpengaruh] dalam kehidupan dan ibadat Kristen sehari-hari.” Meskipun
demikian, ini adalah “doktrin utama” dari gereja-gereja!“
Saya belum mengecek konteks dari kutipan
ini. Namun, sebuah doktrin yang tidak mempunyai pengaruh kepada
kehidupan dan ibadah adalah bukan sebuah doktrin. Kepercayaan akan suatu
doktrin berpengaruh terhadap kehidupan, karena berdasarkan
doktrin-doktrin yang dipercayai, maka seseorang berpegang pada
nilai-nilai moral. Dan liturgi adalah merupakan bagaimana orang yang
percaya akan doktrin tertentu mengekspresikannya dalam bentuk liturgi
atau bagaimana umat tersebut merayakan apa yang dipercayainya. Kalau mau
meneliti lebih jauh, kita dapat melihat pengaruh doktrin Trinitas
terhadap penerapan kasih, terhadap perkawinan, terhadap hubungan
suami-istri dan anak-anak. Dan kalau kita meneliti dalam liturgi, maka
kita akan melihat bagaimana dalam setiap bagian di dalam Misa Kudus,
kita melihat unsur-unsur Trinitas disebutkan secara tidak langsung
maupun langsung. Justru karena Trinitas adalah doktrin utama Gereja,
maka pengajaran ini mewarnai kehidupan moral, spiritual, doa, liturgi,
dll.
8) Dikatakan “Teolog
Katolik Hans Kung menyatakan dalam bukunya Christianity and the World
Religions bahwa Tritunggal merupakan satu alasan mengapa gereja-gereja
tidak berhasil membuat kemajuan yang berarti di kalangan orang bukan
Kristen. Ia berkata: “Bahkan orang Muslim yang terpelajar, sama sekali
tidak dapat mengerti, sebagaimana juga orang-orang Yahudi sebegitu jauh
tidak dapat memahami, gagasan mengenai Tritunggal… Perbedaan yang dibuat
oleh doktrin Tritunggal antara satu Allah dan tiga hypostase [zat]
tidak memuaskan orang Muslim, yang bukannya merasa mendapat penjelasan,
tetapi justru merasa bingung, oleh istilah-istilah teologi yang berasal
dari bahasa Syria, Yunani, dan Latin.”
a) Pengarang yang sama juga mengatakan “Namun,
bagi gereja Kristen, permasalahan utama bergeser, sepanjang sejarah,
kepada pribadi Yesus dan relasinya dengan Allah. Dan kontroversi antara
Kekristenan dan Islam tetap terkonsentrasi seluruhnya pada masalah ini.
Sampai sekarang, keberatan utama umat Kristen adalah bahwa Islam menolak dua hal utama, dogma
kekristenan yang saling berhubungan, yaitu: Trinitas dan Inkarnasi“
(Kung, Hans, Christianity and the World Religions, p112)
b) Dari kutipan tersebut, Hans Kung
menyadari bahwa memang ada perbedaan mendasar antara Kekristenan dan
Islam, yaitu tentang doktrin: Trinitas dan Inkarnasi. Namun, perbedaan
tersebut, bukan berarti dapat disimpulkan bahwa doktrin Trinitas dan
Inkarnasi adalah tidak benar. Bukan berarti kalau seseorang tidak dapat
menangkap doktrin Trinitas, maka pengajaran Trinitas-nya yang salah.
c) Fakta bahwa Gereja tidak pernah berubah
dalam mewartakan doktrin Trinitas, walaupun ditentang oleh agama lain
dan juga menghambat kemajuan yang berarti di kalangan bukan Kristen
(sesuai dengan apa yang disebutkan di dalam brosur tersebut), maka dapat
disimpulkan bahwa ajaran tersebut memang sedari awal dipercaya
dan benar, sehingga Gereja tidak dapat merubahnya
demi perkembangan Gereja dan bertambahnya jumlah umat. Kebenaran dari
suatu doktrin bukanlah dilihat apakah suatu kebenaran dapat memuaskan
banyak kalangan. Tidak menjadi masalah kalau banyak kalangan tidak puas
atau tidak mengerti, karena kebenaran tetaplah suatu kebenaran. Yang
memang menjadi tantangan adalah bagaimana untuk menerangkan kebenaran
ini, sehingga orang dapat mengerti.
d)
Kemudian disebutkan dalam buku yang sama “Mengapa
seseorang ingin menambahkan sesuatu kepada gagasan mengenai keesaan dan
keunikan Allah yang hanya dapat mengencerkan atau meniadakan keesaan
dan keunikan itu?”
Saya belum dapat mengkonfirmasi kebenaran kutipan ini. Namun, kalau
seseorang ingin mempresentasikan apa yang benar-benar diajarkan oleh
Gereja Katolik, maka seseorang harus mengambil dokumen resmi dari Gereja
Katolik. Untuk mengambil tulisan dari Hans Kung dan kemudian memberikan
pernyataan bahwa tulisannya adalah pernyataan resmi dari Gereja Katolik
adalah suatu kekeliruan. Hans Kung sendiri telah dilarang untuk
mengajar dalam kapasitasnya sebagai teolog Katolik di universitas
Tubigen sejak tahun 1979. Dan terhadap bukunya “In Being a Christian“,
Konferensi uskup German memberikan pernyataan “Therefore the
Bishops, because of their duty of bearing witness and defending the true
faith, must point out and declare that the book Being a Christian,
in the points dealt with here for the sake of example, cannot be considered an adequate
presentation of the Catholic faith.” (sumber: silakan klik)
Di
atas adalah bagian pertama dari upaya untuk menjawab klaim dari Saksi
Yehuwa yang mengklaim bahwa ajaran Trinitas adalah tidak benar. Dari
kutipan-kutipan di atas, maka terlihat bahwa cara mereka mengutip suatu
tulisan dilakukan dengan tidak jujur dan tidak memenuhi standar
akademik, sehingga sulit bagi seseorang untuk mengecek kebenaran dari
kutipan-kutipan tersebut. Dan cara ini dilakukan pada bagian-bagian yang
lain dari tulisan tentang Trinitas.Bagian satu ini akan dilanjutkan dengan bagian-bagian yang lain, yang akan mengupas dan menanggapi brosur yang diberikan oleh Saksi Yehuwa.