“Selama ini potensi berlimpah ada dalam diri generasi muda tetapi
dibiarkan saja, Tanpa mau berbagi kepada orang lain. Setiap individu
diciptakan dengan kemampuan untuk memberikan rasa sedap bagi orang
lain. Namun sayang sekali generasi muda selama ini mengabaikan peran
tersebut. Mestinya generasi muda bisa menjadi garam. Hal tersebut dapat
dipelajari lewat garam. Garam memiliki peran sosialnya. Hal tersebut
diungkapkan oleh Habelino Seradora Sawaki (H2S), Pendiri dan Ketua Umum
I Pengurus Besar Gerakan Mahasiswa Papua Indonesia (PB GMPI).
Siapa orang tidak kenal garam, hanya masalahnya apa hubungan garam dengan generasi muda.
”Sugesti
merupakan salah satu faktor terjadinya proses berlangsungnya interaksi
sosial. Keberadaan generasi muda sebagai garam terus-menerus
mengupayakan proses interaksi sosial. Garam bersifat aktif, terus
berupaya, terus mengupayakan, maju terus. Dan intinya, memberikan bagi
orang lain agar orang lain dan lingkungan menjadi punya taste,” ungkap
Habelino Seradora Sawaki (H2S), yang juga mantan Presiden Mahasiswa
Uncen ini.
Menurut Habelino Seradora Sawaki (H2S), sugesti
seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu
diterima oleh orang lain di luarnya. Secara mendasar makna sugesti
dengan fungsi garam ada titik temunya. Dalam konteks peran generasi
muda tampaknya sangat tepat. Garam memberikan rasa asinnya bagi
masakan, sedangkan generasi muda memberikan kebaikan, kelebihan, berupa
ide, gagasan atau perbuatan baik bagi orang lain.
”Generasi
muda merupakan garam potensial. Sumber rasa garam gerenasi muda
memiliki kandungan berlimbah bagi masyarakat. Jika belum sampai level
masyarakat berikan rasa asin kepada teman dekat, sahabat, atau
orang-orang sekitar. Rasa asin merupakan ciri khas masakan sedap. Apa
artinya garam jika rasanya tawar,” ujar Habelino Seradora Sawaki (H2S)
yang juga mantan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Uncen ini.
Dijelas
oleh Habelino Seradora Sawaki (H2S), generasi muda pun memiliki peran
strategis yaitu memberikan rasa sedap dalam masyarakat bukannya memberi
rasa tawar. Maka sangat disayangkan gerenasi muda lebih banyak menahan
rasa asin dalam dirinya. Mereka lebih banyak memberikan rasa asinnya
bagi dirinya sendiri, bukan baik orang lain. Contoh, generasi muda
pintar tetapi kepintaran itu dipakai untuk kepentingan dirinya sendiri.
Tidak mau dibagikan kepada teman atau orang lain. Mereka tidak mau jika
orang lain juga pintar bahkan lebih pintar dari dirinya.
Kalau
mungkin jangan sampai orang lebih pintar bahkan sebisa mungkin orang
lain bodoh bahkan lebih bodoh dari dirinya. Tentu pola pikir dan sikap
demikian sangat bertentangan dengan hakekat peran garam yaitu
memberikan rasa "taste" bagi orang lain. Memberi rasa diwujudkan bahwa
bagaimana orang lain juga pintar. Karena generasi "garam" memiliki pola
pikir setiap orang memiliki "rasa" hanya tidak dibagikan. Bagaimana
orang lain bisa merasakan sedap jika garam tidak mau membagikan bagi
orang lain.
”Setiap individu memerankan peran sosial yaitu
memberikan rasa. Memberi rasa bagi masyarakat agar lebih sedap, lebih
baik, lebih bermartabat. Banyak orang merasa khawatir jika rasa asin
dalam dirinya habis ketika memberikan kepada orang lain. Pandangan
demikian perlu dicerahkan bahwa rasa asin tidak akan habis meskipun
dibagikan kepada banyak orang, dimana pun tempat dan kepada siapa pun,”
ungkapnya.
Namun sebaliknya, jika rasa asin hanya disimpan
saja maka garam menjadi tawar rasanya. Jika garam itu terasa tawar maka
garam kehilangan fungsi sosialnya. Generasi muda harus memiliki tekad
agar terus diberikan kesempatan untuk memberikan rasa asinnya kepada
siapa pun. Selain tekad, juga keyakinan bahwa rasa asin ketika
dibagikan maka saat itu pula ditambahkan rasa asin dari orang lain.
”Mantapkan
dalam diri bahwa saya adalah garam. Garam berperan memberikan rasa
"sedap" melalui apa pun kondisi diri. Dengan memberikan rasa artinya
telah mensugesti orang lain agar orang lain lebih punya "taste". Rasa
makin ditambahkan jika terus dibagikan, dialirkan kepada lingkungan
sekitar. Maka bagikan rasa sedap sekarang juga demi kemartabatan
masyarakat bangsa terlebih diri sendiri,” harap Habelino Seradora
Sawaki (H2S).
Revolter Maikel
Wednesday, March 10, 2010
Blog Archive - ארכיון הבלוג
- December 2009 (5)
- January 2010 (71)
- February 2010 (11)
- March 2010 (12)
- April 2010 (3)
- May 2010 (4)
- June 2010 (10)
- July 2010 (2)
- August 2010 (6)
- September 2010 (7)
- October 2010 (1)
- August 2011 (17)
- September 2011 (39)
- July 2012 (19)
- September 2012 (1)
- October 2012 (5)
- January 2013 (2)
- February 2013 (1)
- March 2013 (1)
- April 2013 (14)
- June 2013 (3)
- August 2013 (3)
- February 2014 (64)
- May 2014 (33)
- July 2014 (9)
- August 2014 (15)
- October 2014 (40)
- November 2014 (9)
- December 2014 (46)
- January 2015 (8)
- February 2015 (9)
- June 2015 (3)
- August 2015 (17)
- October 2015 (1)
- July 2016 (4)
- December 2016 (2)
- September 2017 (3)