Wednesday, March 10, 2010

Generasi Muda Harus Menjadi Garam

 “Selama ini potensi berlimpah ada dalam diri generasi muda tetapi dibiarkan saja, Tanpa mau berbagi kepada orang lain. Setiap individu diciptakan dengan kemampuan untuk memberikan rasa sedap bagi orang lain. Namun sayang sekali generasi muda selama ini mengabaikan peran tersebut. Mestinya generasi muda bisa menjadi garam. Hal tersebut dapat dipelajari lewat garam. Garam memiliki peran sosialnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Habelino Seradora Sawaki (H2S), Pendiri dan Ketua Umum I Pengurus Besar Gerakan Mahasiswa Papua Indonesia (PB GMPI).

Siapa orang tidak kenal garam, hanya masalahnya apa hubungan garam dengan generasi muda.

”Sugesti merupakan salah satu faktor terjadinya proses berlangsungnya interaksi sosial. Keberadaan generasi muda sebagai garam terus-menerus mengupayakan proses interaksi sosial. Garam bersifat aktif, terus berupaya, terus mengupayakan, maju terus. Dan intinya, memberikan bagi orang lain agar orang lain dan lingkungan menjadi punya taste,” ungkap Habelino Seradora Sawaki (H2S), yang juga mantan Presiden Mahasiswa Uncen ini.

Menurut Habelino Seradora Sawaki (H2S), sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain di luarnya. Secara mendasar makna sugesti dengan fungsi garam ada titik temunya. Dalam konteks peran generasi muda tampaknya sangat tepat. Garam memberikan rasa asinnya bagi masakan, sedangkan generasi muda memberikan kebaikan, kelebihan, berupa ide, gagasan atau perbuatan baik bagi orang lain.

”Generasi muda merupakan garam potensial. Sumber rasa garam gerenasi muda memiliki kandungan berlimbah bagi masyarakat. Jika belum sampai level masyarakat berikan rasa asin kepada teman dekat, sahabat, atau orang-orang sekitar. Rasa asin merupakan ciri khas masakan sedap. Apa artinya garam jika rasanya tawar,” ujar Habelino Seradora Sawaki (H2S) yang juga mantan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Uncen ini.

Dijelas oleh Habelino Seradora Sawaki (H2S), generasi muda pun memiliki peran strategis yaitu memberikan rasa sedap dalam masyarakat bukannya memberi rasa tawar. Maka sangat disayangkan gerenasi muda lebih banyak menahan rasa asin dalam dirinya. Mereka lebih banyak memberikan rasa asinnya bagi dirinya sendiri, bukan baik orang lain. Contoh, generasi muda pintar tetapi kepintaran itu dipakai untuk kepentingan dirinya sendiri. Tidak mau dibagikan kepada teman atau orang lain. Mereka tidak mau jika orang lain juga pintar bahkan lebih pintar dari dirinya.

Kalau mungkin jangan sampai orang lebih pintar bahkan sebisa mungkin orang lain bodoh bahkan lebih bodoh dari dirinya. Tentu pola pikir dan sikap demikian sangat bertentangan dengan hakekat peran garam yaitu memberikan rasa "taste" bagi orang lain. Memberi rasa diwujudkan bahwa bagaimana orang lain juga pintar. Karena generasi "garam" memiliki pola pikir setiap orang memiliki "rasa" hanya tidak dibagikan. Bagaimana orang lain bisa merasakan sedap jika garam tidak mau membagikan bagi orang lain.

”Setiap individu memerankan peran sosial yaitu memberikan rasa. Memberi rasa bagi masyarakat agar lebih sedap, lebih baik, lebih bermartabat. Banyak orang merasa khawatir jika rasa asin dalam dirinya habis ketika memberikan kepada orang lain. Pandangan demikian perlu dicerahkan bahwa rasa asin tidak akan habis meskipun dibagikan kepada banyak orang, dimana pun tempat dan kepada siapa pun,” ungkapnya.

Namun sebaliknya, jika rasa asin hanya disimpan saja maka garam menjadi tawar rasanya. Jika garam itu terasa tawar maka garam kehilangan fungsi sosialnya. Generasi muda harus memiliki tekad agar terus diberikan kesempatan untuk memberikan rasa asinnya kepada siapa pun. Selain tekad, juga keyakinan bahwa rasa asin ketika dibagikan maka saat itu pula ditambahkan rasa asin dari orang lain.

”Mantapkan dalam diri bahwa saya adalah garam. Garam berperan memberikan rasa "sedap" melalui apa pun kondisi diri. Dengan memberikan rasa artinya telah mensugesti orang lain agar orang lain lebih punya "taste". Rasa makin ditambahkan jika terus dibagikan, dialirkan kepada lingkungan sekitar. Maka bagikan rasa sedap sekarang juga demi kemartabatan masyarakat bangsa terlebih diri sendiri,” harap Habelino Seradora Sawaki (H2S).
Revolter Maikel
Powered By Blogger