Kita
sebagai pengelola harus mengetahui prioritas yang benar dalam mengelola
apa yang dipercayakan oleh TUHAN sebagai pemilik kapada kita. Bagaimana
kita mengatur keuangan atau mencerminkan sikap kita terhadap keuangan
kita. Setiap sen yang ditangan kita sebagai pengelola adalah
kepercayaan dari TUHAN sebagai pemilik yang harus kita pertanggung
jawabkan kepada-Nya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengelolanya sesuai dengan kehendak TUHAN sebagai prioritas utama.
(
Luk 16 : 10 ) Barang siapa setia dalam perkara – perkara kecil, ia
setia juga dalam perkara – prkara besar. Dan barang siapa tidak benar
dalam perkara – perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara –
perkara besar.
I Tim 6 : 7 – 10
Kita
dilahirkan kedunia ini / diciptakan TUHAN tidak dengan mmbawa satu
barang / harta apapun, demikian juga pada saat kita keluar dari dunia
ini kita pun tidak membawa apa – apa ( ayat 7 ).
Apa
yang kita miliki sekarang adalah totalitas pemberian / berkat dari
TUHAN sebagai pemilik, mengapa setiap kita tidak bersyukur dan merasa
cukup atas apa yang sudah TUHAN berikan ?! bukankah kita menyadari
bahwa kita lahir kedunia ini tidak membawa apa – apa ?!
Jadi,
sudah jelas bahwa TUHANlah yang empunya segala milik kita, tidak
malukah kita untuk merasa kurang dan bersungut – sungut ?! padahal apa
yang kita miliki sekarang ini adalah gratis dari TUHAN.
Merasa
cukup dan mengucap syukur adalah point kedua yang harus kita alami (
ayat 8 ). Dengan demikian tidak lagi kita akan selalu merasa kekurangan
dan sama sekali tidak merdeka atas apa yang kita miliki, hasilnya rasa
“ingin kaya” pun timbul yang sehingga dapat membuat terjatuh dalam
pencobaan, terjerat, berbagai nafsu hampa, mencelakakan, menenggelamkan
pada keruntuhan hingga sampai pada kebinasaan (ayat 9).
Sadarilah
! keuangan yang kita miliki adalah mutlak kepunyaan TUHAN yang
menitipkannya kepada kita. Untuk apa kita kejar ?! untuk apa cinta uang
/ harta ?!
Kita
tidak punya satu alasan pun untuk merasa memiliki apalagi sampai cinta
uang, karena akar dari segala kejahatan adalah cinta uang sebab oleh
mengejar harta dapat saja menyimpang dari iman percaya kita kepada
Si-pemilik yaitu TUHAN kita ( ayat 10 ).
Jika
iman kita mulai menyimpang dan mulai terfokus untuk mencari uang karena
mulai merasa kurang terus berarti mulai menjadi hamba mammon, dan jika
sudah menjadi hamba mammon mulailah enggan atau malas untuk melakukan
kegiatan yang bertujuan untuk memuliakan TUHAN karena manusia manapun
tidak dapat manjadi hamba dari dua tuan ( Luk 16 : 13 ), sampai
kejahatan dan kebinasaan menghampiri.
Kita
semua sudah memiliki pengetahuan ini dari jaman nenek moyang kita.
Jadi, berapa lama lagi hal ini untuk dimngerti ?! smpai kapan lagi
mammon menjadi tuan didunia ini yang disebabkan oleh ekonomi yang
selalu menjadi buah pemikiran baik dari kita maupun bangsa lain ?.
Sekali
lagi saya mengajak semua umat untuk menjadi seorang “pengelola”
yangbaik, yang tetap memprioritaskan TUHAN sebagai pemilik dengan
selalu merasa cukup dan merdeka atas apapun yang TUHAN berikan untuk
kita kelola. Dengan selalu mengucap syukur adalah satu respon terkecil
atau sederhana yang berkenan di mata TUHAN. Amien
Yohanes L