Kejarlah keadilan, ibadah,
kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan... (1Tim 6: 11). Itulah
pesan Santo Paulus kepada Timotius yang sungguh menarik tapi menantang.
Sambil merenungkan kata-kata di atas timbullah beberapa pertanyaan
dalam benakku. Mengapa Paulus meninggalkan pesan seperti itu kepada
Timotius? Apakah Paulus hanya mau mengingatkan Timotius untuk menjaga
imannya atau perbuatan apakah yang telah Timotius lakukan?
Nasihat Paulus kepada Timotius merupakan suatu perhatian yang penuh
dengan perasaan dan emosi yang mendalam. Paulus tidak mau supaya
sahabatnya, Timotius, terjebak oleh hasrat dan keinginan duniawi.
Sebagai seorang sahabat dalam Kristus, Paulus mengajak Timotius untuk
memelihara nilai-nilai hakiki yang mana bisa membimbingnya untuk hidup
dalam dan seperti Kristus.
Mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kesabaran dan kelembutan pada
dasarnya memiliki unsur perjuangan menuju kehabagiaan dan kekudusan
dalam hidup serta keharmonisan dan kepedulian dalam hidup
bermasyarakat. Namun demikian terkadang dalam hidup keseharian kita,
kita sering berhadapan dengan situasi di mana kepribadian kita dicoba
dan hati nurani kita diuji. Pertanyaanya: Adakah tempat di hati kita
untuk orang-orang miskin seperti Lazarus yang dilukiskan dalam Injil
Lukas 16: 19-31? Adakah kesabaran dalam mendengarkan keluh kesah sesama
kita? Di tengah kebisingan hidup, adakah sedetik mungkin untuk
merenungkan Kasih Tuhan lewat doa?
Semua pertanyaan ini sering menghantui kita tatkala kita berada
dalam persimpangan kehidupan yang tidak menentu. Keputusan kita lalu
dipengaruhi oleh kebutuhan jasmani yang mana terkadang kita tidak
menyadarinya. Kita memilih untuk congkak hati. Kita memilih untuk tidak
melihat kenyataan yang sebenarnya. Namun demikian, tidak tertutup
kemingkinan bagi kita untuk memilih jalur kasih. Tuhan selalu menyertai
kita kemanapun kita pergi dan di manapun kita berada. Tidak ada kata
terlambat bagi Tuhan. KasihNya selalu terbuka bagi kita. Yang
terpenting adalah bahwa kita memiliki hasrat dan keinginan untuk
kembali kepada cintaNya di saat kita menyadari bahwa drama kehidupan
yang telah kita lakonkan, serupa dengan sikap orang kaya yang
dikisahkan dalam Injil Lukas di atas.
Akhirnya ajakan Santo Paulus terhadap Timotius untuk
memprioritaskan kehendak Tuhan adalah ajakan bagi kita semua untuk
hidup di dalam Cinta Tuhan dalam bentuk memperjuangkan keadilan,
membangun kehidupan rohani, menjaga kesetiaan dalam persahabatan dengan
Tuhan dan sesama, meningkatkan rasa kesabaran serta mecairkan kebekuan
hati kita dalam sikap kelembutan terhadap orang ysng membutuhkan.
Tujuan dari semuanya ini adalah untuk menghindari sikap acuh tak acuh.
Dengan kemikian kita bisa mengatakan: I am experiencing living in
heaven before I reach it. Atau seperti kata St. Therese dari Lisieux: I
want to spend my heaven doing good on earth... Amin
Frt. Tony
Monday, January 25, 2010
Blog Archive - ארכיון הבלוג
- December 2009 (5)
- January 2010 (71)
- February 2010 (11)
- March 2010 (12)
- April 2010 (3)
- May 2010 (4)
- June 2010 (10)
- July 2010 (2)
- August 2010 (6)
- September 2010 (7)
- October 2010 (1)
- August 2011 (17)
- September 2011 (39)
- July 2012 (19)
- September 2012 (1)
- October 2012 (5)
- January 2013 (2)
- February 2013 (1)
- March 2013 (1)
- April 2013 (14)
- June 2013 (3)
- August 2013 (3)
- February 2014 (64)
- May 2014 (33)
- July 2014 (9)
- August 2014 (15)
- October 2014 (40)
- November 2014 (9)
- December 2014 (46)
- January 2015 (8)
- February 2015 (9)
- June 2015 (3)
- August 2015 (17)
- October 2015 (1)
- July 2016 (4)
- December 2016 (2)
- September 2017 (3)